Dosen UMM Beri Komentar Menohok untuk Timnas Indonesia

27 Mei 2022 17:00

GenPI.co Jatim - Gelaran SEA Games 2022 cabang sepak bola telah berakhir, sayangnya Timnas Indonesia hanya menempati peringkat ketiga usai mengalahkan Malaysia pada adu penalti.

Torehan prestasi itu tentur tidak sesuai harapan masyarakat Indonesia karena ingin meraih medali emas.

Hal itu menarik perhatian Ketua Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Askot Malang sekaligus Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Haris Thofly.

BACA JUGA:  Turnamen Piala Wali Kota Surabaya Batal, Asprov Jatim Beri Alasan

Menurutnya, raihan timnas di ajang SEA Games belum maksimal, perlu ada evaluasi mendalam agar prestasi timnas bisa lebih membanggakan. Meski begitu dia percaya bahwa Shin Tae Yong (STY) bisa membawa timnas ke jalur yang benar dan mampu berbicara banyak di kompetisi bergengsi.

“Apalagi, STY kan sering memainkan pemain-pemain muda. Hal itu patut diapresiasi dalam rangka memunculkan bakat-bakat potensial yang bisa berkiprah di liga Eropa dan Asia,” ucap Haris, saat dikonfirmasi GenPI.co Jatim, Jumat (27/5).

BACA JUGA:  Persik Rekrut 2 Wonderkid, Javier Roca Yakin dengan Potensinya

Haris melanjutkan, pada dasarnya sepak bola usia dini Indonesia cukup membanggakan. Namun masalahnya, terletak pada proses junior ke senior.
Menurutnya ada banyak aspek yang melatarbelakangi fenomena layunya performa para pemain. Salah satunya yakni profesi sepak bola Indonesia yang belum menjanjikan untuk dijadikan mata pencaharian sehari-hari.

“Sepak bola di Indonesia memang masih belum 100% menjadi profesi yang menjanjikan dalam menyambung kehidupan. Terlebih sepak bola di Indonesia masih dalam proses menjadi sebuah industri,” imbuhnya.

BACA JUGA:  Saya Juga Mau Selebrasi Gol Sendiri, Kata Gelandang Madura United

Dia menjelaskan, akan banyak tantangan yang harus dihadapi untuk membina pemain sepak bola usia muda.

Haris tak memungkiri, jika membina pemain usia muda sangat berat, perlu pelatih dengan lisensi tinggi. Namun, dalam pembinaannya ada salah satu cara untuk melatih anak-anak yakni lebih sering mengikuti ajang turnamen, terutama turnamen resmi.

Turnamen itu, katanya mampu mengasah mentalitas dan teknik bermain sepak bola.

“Bagi saya, yang terpenting anak usia muda minimal harus 25 kali bertanding dalam turnamen resmi. Perlu lisensi pelatih tinggi, di eropa saja sudah sejak lama diterapkan. Dasar-dasar sepakbola sudah diajarkan sejak dini dan itu diterapkan dengan baik,” terang Dosen FH UMM itu.

Selain banyak mengikuti turnamen untuk memberikan jam terbang kepada pemain muda, juga bisa melakukan kolaborasi institusi pendidikan, tujuannya mereka mendapatkan prasarana yang memadai, maka akan mudah untuk menemukan pemain andal.

Selain itu, Indonesia juga harus mampu membuat kompetisi profesional yang baik. Hal itu akan berefek pada bagusnya fisik, mental, teknik dan psikis pemain muda. Lebih lanjut, PSSI seharusnya melahirkan kompetisi dari seluruh kategori usia muda.

Haris berpesan agar pemain muda terus mengasah diri dan mencari jalan menuju sepak bola profesional. Menurutnya, menjadi pahlawan tidak hanya saat mengusir penjajah, tapi juga mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.

“Tanpa adanya kompetisi bagus, tak akan ada pula pemain muda yang bagus. Saya menaruh harapan besar terhadap sepak bola Indonesia. Apalagi melihat anak-anak muda kita yang potensial dan melimpah,” pungkasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM