GenPI.co Jatim - Pelatih Persebaya Surabaya Aji Santoso menanggapi banyaknya nahkoda klub-klub di Liga 1 2022-2023 yang dipecat.
Menurutnya kompetisi Liga 1 sangat keras persaingannya, baik secara tim hingga di kursi pelatih.
"Kompetisi di Indonesia paling kejam. Tetapi itu kewajaran. Memang seorang pelatih dituntut harus berprestasi," kata Aji Santoso dalam konferensi pers, Kamis (1/9).
Menurutnya, kompetisi sepak bola memang punya iklim yang keras.
Dia menyontohkan ketika Claudio Ranieri mampu membawa Leicester City juara Premier League musim 2015-2016, sekaligus mematahkan dominisasi klub berstatus "the big six" liga Inggris, yakni Manchester City, Manchester United, Chelsea, Liverpool, Tottenham Hotspurs, dan Arsenal.
Hanya saja, di musim berikutnya, kata Aji, pelatih berkebangsaan Italia harus hengkang lantaran performa Jamie Vardy dan kawan-kawan jeblok.
"Saya ingat itu Claudio Ranieri dipecat usai membawa Leicester juara, di musim berikutnya jeblok dan di pecat. Itu yang menentukan manajemen bukan yang lain," jelasnya.
Oleh karenanya, Aji menyebut, pemecatan kepada seorang pelatih sudah berdasarkan hasil evaluasi pihak manajemen klub.
"Jadi, ada pertimbangan baik buruknya memecat pelatih," ungkapnya.
Mantan pemain Persebaya dan Timnas Indonesia itu menambahkan, siap menghadapi segala resiko sebagai seorang pelatih.
Terlebih, manajemen Persebaya juga memberikan keleluasaan dalam proses perekrutan pemain.
"Saya sangat siap dengan resiko apapun. Jadi, pemilihan pemain itu merupakan keputusan pelatih.
Di Persebaya mulai saya masuk, saya gak pernah dapat intervensi dari mana pun, semuanya diserahkan ke saya," ujarnya. (*)
Sebagai informasi, hingga saat ini Liga 1 sudah memakan 5 pelatih yang dipecat.
Ke-5 pelatih itu adalah Javier Roca (Persik Kediri), Robert Rene Albert (Persib Bandung), Jackson F Tiago (Persis Solo), Sergio Alexandre (PSIS Semarang), dan Dejan Antonic (Barito Putera). (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News