Kesaksian Asisten Pelatih Persebaya Saat Tragedi Kanjuruhan

06 Oktober 2022 07:00

GenPI.co Jatim - Tragedi pilu di Stadion Kanjurahan yang memakan ratusan korban jiwa menjadi hal yang tak terlupakan bagi assiten pelatih Persebaya Mustaqim. Dia mengaku, tragedi pada Sabtu (1/10) begitu mencekam.

Selepas pertandingan para pemain Persebaya langsung masuk ke ruang ganti. Tak ada waktu untuk melakukan breafing maupun aktivitas lain usai laga, seperti yang biasa dilaksanakan.

Para pemain hanya ganti baju, selanjutnya mereka bersama official tim langsung masuk ke kendaraan taktis (rantis).

BACA JUGA:  Tragedi Kanjuruhan Harus Jadi Catatan Perbaikan PSSI, Kata Manajemen Persebaya

"Pemain hanya di suruh ganti baju langsung naik, mungkin 5-10 menit. Biasanya, kami itu habis pertandingan itu mandi, doa. Tetapi pas itu nggak, jadi itu langsung (masuk ke rantis, red)," kata Mustaqim saat dihubungi GenPI.co Jatim, Rabu (5/10).

Skuad Persebaya tak menyangka pertandingan itu harus berakhir dengan kejadian yang menyayat hati.

BACA JUGA:  Masjid Al Akbar Gelar Salat Gaib, Pemain Persebaya Ikut, Doakan Korban Kanjuruhan

"Jelas mereka (pemain Persebaya, red). Kaget, karena pemain yang main kemarin itu hanya dua yang sudah pernah main di Kanjuruhan, Dayat (M Hidayat, red) sama Alwi (Alwi Salamat, red). Selebihnya pemain baru semua, termasuk Ridho, Koko, Marsel. Termasuk pemain asing," terangnya

Higor Vidal pemain asing Persebaya disebutnya sampai bingung dengan kondisi yang ada.

BACA JUGA:  Pesan Persebaya untuk TGIPF Terkait Tragedi Kanjuruhan

Mustaqim pun meminta si pemain langsung naik ke rantis, tanpa mengizinkannya untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

"Bahkan si Vidal itu tanya ke saya, coach ini bagaimana? Saya nggak biasa gini, kan nggak mandi pliket semua kan," terangnya.

"Saya bilang sudah, tak suruh cepat-cepat. Kami langsung masuk ke rantis itu," lanjutnya.

Mustaqim memperkirkan, seluruh pemain dan official berada di dalam rantis sekitar 1-2 jam. Namun, kendaraan tak kunjung berangkat, lantaran menunggu kondisi mereda.

Rantis yang membawa pemain dan official Persebaya baru bisa keluar dari Stadion Kanjuruhan pada dini hari.

"Stuck, nggak bisa keluar. Sekitar jam setengah satu atau jam 12-an gitu baru bisa jalan," ungkapnya.

Dia mengira rantis itu akan membawa mereka ke titik lokasi aman, kemudian pemain dan official akan dinaikan ke dalam bus.

Hanya saja, karena faktor keamanan seluruh anggota tim Persebaya harus menumpangi kendaraan taktis sampai tiba di Surabaya.

"Semula kami harapan kami di tol itu, kami ganti bus. Kebetulan saya di rantis paling depan, saya tahu koordinasinya. Ganti di bus, ternyata nanti siapa yang berani nanggung, keamanan tanggung jawab betul. Nggak berani ambil risiko juga," jelasnya.

Tim asuhan Aji Santoso itu pun akhirnya tiba di Surabaya sekitar pukul 03.00 WIB. "Kami langsung dari rantis ke mes, apartemen," ujarnya.

Kejadian pilu itu, kata dia, harus menjadi catatan pembenahan dari PSSI. Terlebih, soal jam pertandingan malam hari yang dirasa memiliki risiko besar.

"Saya pikir klub ini kan tergantung operator, yang jadwal merekam artinya laga besar itu harus diperhitungkan, jam mainnya mungkin di awal kalau malam itu resikonya tinggi," ungkapnya.

Mantan penyerangan Persebaya era 80-an itu berharap, tragedi semacam ini tak terulang lagi. Sebab baginya, sepak bola merupakan olahraga yang menyenangkan dan untuk persatuan.

Dia juga mengucapkan dukacita mendalam kepada seluruh korban peristiwa itu. "Mudah-mudahan ini yang terakhir. Kami semua saudara," ujarnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif Reporter: Ananto pradana

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM