Harga Kedelai Naik, Pengrajin Tempe di Surabaya Mogok Produksi

22 Februari 2022 06:30

GenPI.co Jatim - Aksi mogok produksi pengerajin tempe di Kota Surabaya berlangsung per Senin (21/2), hingga Rabu (23/2) mendatang. Hal ini menyikapi kenaikan harga kedelai yang tengah terjadi.

Kenaikan harga kedelai per kilonya tidak hanya berimbas pada biaya produksi yang dikeluarkan. Namun juga mempengaruhi ukuran makanan olahannya, salah satunya tempe.

Bahkan, tak jarang juga para pengerajin mendapatkan komplain dari pelanggan, lantaran bentuk tempe yang semakin menyusut.

BACA JUGA:  Lowongan Kerja PGN, Buruan Cek Cara Daftarnya

"Masyarakat mesti bilang kok tambah cilik (kecil, red)," kata Ghofur R salah seorang pengerajin tempe di Kampung Tempe, Tenggilis Kauman, Senin (21/2).

Kendati demikian, dirinya mengaku, selalu menanggapi dengan santai komplain yang masuk. "Saya jawab candaan. Kalo gemuk-gemuk nanti diabetes sama kolesterol," ujarnya.

BACA JUGA:  Wali Kota Surabaya Beri Jaminan, UMKM Bisa Sedikit Tersenyum

Sementara itu, pemerintah daerah juga disebutnya belum melakukan langkah apa pun di tengah lonjakan harga kedelai. "Gak ada, belum ada yang kesini," ungkapnya.

Ghofur menyebut, menyikapi kenaikan harga kedelai tak bisa dibarengi dengan meningkatkan harga tempe olahan secara mendadak. Sebab, ditakutkan bakal membuat usahanya akan ditinggalkan pelanggan.

BACA JUGA:  Tempe di Surabaya Mulai Hilang dari Pasaran

Oleh karena itu, jalan satu-satu di tengah kondisi lonjakan harga kedelai adalah mengurangi ukuran tempe produksinya.

"Harga (tempe) naik gak bisa. Jadi, ukuranya yang diperkecil. Kalau dinaikan pembeli gak mau," ungkapnya.

Ghofur mengaku, jika tak dalam kondisi mogok produksi, biasanya pelanggannya datang dari para pedagang keliling. Namun, tak jarang juga dia menyuplai tempe ke warung mau pun ke pasar.

"Dulu pertama jadi 50 potong. Harganya Rp75.000 (satu rak), sekarang jadi Rp90.000. Tapi kalo dikalkulasi keuntungannya sangat tipis meski sudah diperkecil (ukuran tempe) gitu," jelasnya.

Ghofur menambahkan, untuk membuat tempe tidak bisa dipastikan jumlah produksi hariannya. Sebab, berat yang ada di dalam sekarung kedelai belum tentu semuanya bisa digunakan.

"Ya tergantung kualitas kedelainya. Jadi, kalau produksi gak bisa dipastikan bisa berapa sehari. Kalau harga, ya sepotong tempe produksinya dihargai Rp1.500 dan dijual oleh pengecer sebesar Rp2.000," ujarnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM