GenPI.co Jatim - Pengamat ekonomi Universitas Jember Adhitya Wardhono mengingatkan dampak invasi Rusia ke Ukraina bagi Indonesia.
Menurutnya, invasi tersebut akan merugikan perekonomian global dan mengganggu proses pemulihan ekonomi dunia.
"Pertumbuhan ekonomi global akan melandai apabila upaya damai kedua negara tidak segera terjadi," ujarnya, Sabtu (5/2).
Salah satu dampak dari invasi tersebut, termassuk sanksi Uni Eropa ke Rusia, terjadi melalui beberapa transmisi. Di antaranya, lonjakan harga komoditas, kenaikan harga energi, dan supply chain shock.
"Kombinasi dari ketiga hal itu akan berdampak bagi perekonomian global termasuk Indonesia yang saat ini masih mengalami dampak dari adanya pandemi Covid-19," katanya.
Paling terasa yakni sektor perdagangaan luar negeri. Kemungkinan besar akan rerkoreksi kendati awal tahun ini telah mencatatkan pertumbuhan positif.
Selain itu, dia juga mengingatkan untuk mewaspadai inflasi global. Konflik membawa dampak terganggunya rantai pasok global, tentu ini akan memengaruhi pemulihan ekonomi global.
"Dengan begitu pertumbuhan ekonomi global akan terkontraksi nyata. Selebihnya akan mengakibatkan melandainya konsumsi dan investasi global yang disebabkan terganggunya arus barang dan jasa internasional," bebernya.
Tersendatnya arus barang dan jasa global ini tentu akan berpengaruh pada ekspor impor.
Meskipun Rusia dan Ukarina bukan mitra dagang utama Indonesia, namun hubungan Indonesia dengan negara pimpinan Vladimir Putin bersifat nistalgic. Dampak langsungnya lebih ke arah sektor perdagangan.
"Konflik itu dapat berdampak pada bahan makanan yang diimpor oleh Indonesia dari Ukraina, terutama gandum, besi dan baja (23 persen), dan lainnya 2 persen," katanya.
Dia mengatakan, produsen mi, roti, dan tepung yang bergantung pada impor gandum dari Ukraina harus dilakukan diversifikasi untuk komoditas tertentu.
Ukraina meruapkan top supplier bagi gandum Indonesia karena lumbung gandum banyak berlokasi di daerah timur (Ukraina Timur).
Data dari APTINDO menggambarkan bahwa konsumsi terigu di Indonesia tumbuh 4,6 persen pada tahun 2021. Konsumsi gandum terbanyak dari sektor bisnis bakery.
Harga gandum yang memungkinkan naik karena invasi tersebut tentu akan berpengaruh pada sektor tersebut.
Komoditas lainnya yakni minyak sawit mentah (CPO) yang 56 persen dan 88 persen ekspor Indonesia ke Rusia dan Ukraina.
Jangka pendek, kata dia, kenaikan harga batu bara dan kelapa sawit bisa berdampak positif pada ekspor Indonesia.
Namun, Adhitya mengingatkan jangka menengah yang memungkinkan adanya risiko atas melemah-nya permintaan komoditas tersebut.
Investor pun bisa beralih ke safe-heaven assets karena volatilitas yang tinggi di pasar keuangan dan modal.
"Shock lain yang terjadi di global supply chain adalah Rusia merupakan pemasok utama Palladium global (40 persen ekspor global dari Rusia)" katanya.
Palladium merupakan input untuk industri otomotif dan pembuatan chip, sehingga supply chain untuk industri itu akan terpengaruh. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News