GenPI.co Jatim - Banjir tahun ini menjadi memori kelam dari Mukti Ali, warga Kampung Tempe, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
Dia harus merugi hingga puluhan juta rupiah akibat banjir. "Kerugian saya berkisar Rp 60 juta, bahkan lebih," ucapnya, Sabtu (19/3).
Bencana banjir membuat sapi limosin yang baru berusia setahun tenggelam dan mati.
Hujan yang melanda Kota Malang selama Maret menjadi periode yang kurang menguntungkan bagi sejumlah warga.
Setiap kali hujan turun lebih dari tiga jam, air selalu menggenang dan membanjiri rumah-rumah warga.
Kerugian yang dialami Mukti pun tak sampai di sapi yang mati, tembok bangunan miliknya roboh dan tiga kuintal kedelai rusak karena terendam air.
Kejadian tersebut dialaminya pada Jumat 18 Maret 2022 sekitar pukul 14.00 WIB. Hujan turun sangat deras. Selokan yang mengalir ke sungai di dekat rumahnya penuh dengan air.
Selang dua jam, air mulai masuk ke dalam rumah Mukti. Sekitar pukul 16.30 WIB, air sudah setinggi 140 Sentimeter.
Mengetahui air semakin meninggi, Mukti langsung bergegas mengamankan 8 ekor sapinya yang ada di kandang.
Namun, dua ekor sapinya lebih dulu tenggelam dan tidak bisa diselematkan. "Dua bangkai sapi dikubur," katanya.
Banjir di hari itu memang yang terparah, tahun lalu belum pernah sampai setinggi orang dewasa. Rumah Mukti memang dekat dengan sungai.
"Karena adanya sodetan di dekat perumahan itu (dekat rumahnya), membuat sungai di sini banjir, padahal tahun lalu belum seperti ini. Tolonglah pemerintah segera atasi permasalahan ini," tuturnya. (jpnn/genpi)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News