Cerita Levi, Susah Payah Cari Minyak Goreng demi Usaha Kerupuknya

23 Maret 2022 12:00

GenPI.co Jatim - Harga minyak goreng curah yang ada saat ini dinilai memberatkan oleh pengusaha kerupuk.

Belum lagi barangnya yang susah dicari, membuat mereka harus bersusah payah untuk mendapatkannya.

Levi Yuli Anjarto, salah seorang pengusaha kerupuk di Kota Surabaya mengaku, untuk menggoreng kerupuk sehari saja butuh sekitar 20-25 galon minyak goreng curah.

BACA JUGA:  Warga Malang Menjerit, Harga Minyak Goreng Bikin Bingung

Suplai minyak goreng itu didapatnya dari tiga agen berbeda.

Sebelum produksi dimulai, dia terlebih dulu harus berkeliling untuk berburu minyak goreng curah.

BACA JUGA:  Update Harga Minyak Goreng di Jember, Ibu-Ibu Wajib Tahu

"Satu aku dapat 10 (galon), terus satunya dapat 5, sampai seterunya. Pokoknya mencukupi untuk goreng," kata Levi saat dihubungi GenPI.co Jatim, Selasa (22/3).

Levi juga masih diharuskan mengantre panjang. Begitu dapat, jumlahnya tak sesuai dengan harapan.

BACA JUGA:  Wagub Jatim Siapkan Skema untuk Minyak Goreng Curah, Tunggu Saja

Pun demikian, dia tak punya banyak pilihan. Levi tetap harus mendapatkan minyak goreng curah agar usahanya tetap berjalan, sekalipun ongkos produksi harus membengkak.

"Minyak goreng aku dapat Rp15.000 sekilo. Ya butuh tenaga ekstra muter-muter, biaya bengkak dari bensin ya pasti," ujarnya.

Derita pengusaha kerupuk seperti dirinya kian bertambah dengan naiknya harga plastik kemasan.

Biasanya sekilo dipatok sebesar Rp35.000, saat ini menjadi Rp 40.000.

Harga jual kerupuk produksi Levi dipatok Rp10.000 satu bendel berisi empat bendel kerupuk.

Levi mengaku tak menaikkan harga kerupuknya tersebut. Alasannya, jika harga naik namun pengusaha lain mematok harah yang tetap, dikhawatirkan usahanya sepi.

"Kalau (harga kerupuk, red) bisa sama gitu ya gak apa-apa (naik, red), tetapi ini kan gak bisa gitu. Di tempat lain gak naik, di sini naik bisa diprotes juga," ujarnya.

Ditanya soal omzet, Levi mengungkapkan, memang terjadi penurunan yang signifikan. Persentasenya bisa sampai 50-70 persen.

Akhirnya isi kerupuk dalam satu plastik dikurungi, dari 10 menjadi delapan biji. Itu juga mempertimbangkan kembang kempisnya pemasukan.

"Aku kan kerupuk mentah ambil jadi gak produksi sendiri. Kalau pabrik produksi sendiri itu bisa diakali dengan ngurangi ketebalannya," jelasnya.

Pengurangan kuantitas kerupuk juga disebutnya mengundang komplain dari para pedagang eceran. Sebab, hal itu juga menurunkan omzet mereka.

"Misalnya, satu bal itu isi 180 kerupuk, nah produksi gak stabil isinya jadi 150 kerupuk. Itu kan juga pengaruh ke omzet mereka (pedagang eceran)," ungkapnya.

Warga Medokan Semampir, Kota Surabaya berharap, kondisi ini bisa segera terselesaikan. Harga bisa normal dan kondisi minyak lancar seperti sedia kala.

"Lancar lah, gak kaya gini kondisinya," ucapnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif Reporter: Ananto pradana

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM