Perajin Tahu Ngawi Menjerit, Harga Bahan Baku Mencekik Produksi

12 Juni 2021 06:00

Jatim.GenPI.co - Perajin tahu di sentra produksi Kecamatan Paron, Ngawi menjerit. Mereka mengeluhkan mahalnya harga kedelai yang menjadi bahan bakunya. 

Salah satu pengusaha tahu Murjoko mengungkapkan harga kedelai terus naik sejak pertengahan tahun lalu. 

BACA JUGA: Optimis Pasar Properti Surabaya Masih Bisa Diandalkan

Harga kedelai impor saat ini mencapai Rp 12.000 per kilogram, dari sebelumnya berkisar Rp 8.500 hingga Rp 10.000 per kilogram. 

Kenaikan juga terjadi pada kedelai lokal, yang telah mencapai Rp 12.000 per kilogram. Dari semestinya Rp 9.000 hingga Rp 10.000 per kilogram.

"Bersamaan dengan masa pandemi COVID-19, harga kedelai baik lokal maupun impor terus naik," ujarnya, Jumat (11/6). 

Ia tak menampik, kenaikan ini membuat para perajin tahu keberatam. Bahkan di antaranya tak lagi berproduksi karena tak mampu bertahan. 

Murjoko sendiri harus menaikkan harga tahu produksinya menyesuaikan kenaikan bahan baku. 

"Jika biasanya satu kotak cetakan besar dijual Rp 10.000, sekarang naik menjadi Rp 15.000. Hal itu untuk membantu biaya produksi tahu," katanya.

Pihaknya berharap harga kedelai ini bisa segera tertangani. Bila tidak, akan semakin mengancam usahanya tersebut. 

Dengan harga kedelai yang mencapai Rp 12.000 per kilogram saja sudah membuatnya untung layak. Apalagi jika naik melebihi itu. 

Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono mengatakan kenaikan harga kedelai karena semakin jarang yang menanam. 

BACA JUGA: Jangan Harap Bisa Lolos Penyekatan di Suramadu Saat Dini Hari

Para petani mulai enggan menanam kedelai. "Kondisi itu membuat kita memiliki ketergantungan pada kedelai impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," katanya. 

"Sisi lain, pandemi sempat membuat semua komoditas impor mengalami kelangkaan sehingga harga terus naik," imbuhnya. (ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM