Jatim.GenPI.co - Cryptocurrency atau kripto seolah jadi primadona baru di kalangan masyarakat global.
Tapi siapa sangka, dampak yang ditimbulkan bisa besar jika tak disikapi dengan bijak.
Pengamat Ekonomi Universitas Airlangga (Unair), Gigih Prihantono mengatakan, kripto bisa menimbulkan kebingungan bidang ekonomi.
Karena setiap orang yang penyedia kripto bisa melakukan pencetakan uang sendiri.
"Nah kalau tiap orang bisa cetak uang sendiri adalah kebingungan. Kita akan kembali ke zaman barter seperti dulu," kata Gigih dihubungi GenPI Jatim, Jumat (29/10).
Ia menyebutkan, ketika setiap orang bisa mencetak atau mengeluarkan alat tukar, maka produk siapa yang nantinya akan diakui.
"Itu sekarang kan bisa dilihat berapa banyak cryptocurrency? Banyak kan ada bitcoin ada etehreum dan macam-macam," katanya.
Gigih mengakui kripto merupakan kemajuan pada teknologi. Namun, bila merajalela sebagai mata uang bisa membawa dampak.
"(Berdampak) besar kalau itu dilegalkan. Tapi selama ini kan tidak dilegalkan untuk alat pembayaran," katanya.
Selain itu, ia menilai, uang digital itu juga tidak ada underlying atau aset rujukan.
Hal itu nampak berbeda jauh jika merujuk pada uang sebagai alat tukar. "Uang itu ada aset yang mendasarinya, kalau kita beli saham itu ada perusahaannya kira-kira begitu. Ada gedungnya kaya gitu," katanya.
Sementara soal dampak secara spesifik ke rupiah, Gigih menyebutkan, kripto tidak akan memberikan imbas. Asalkan tak dilegalkan sebagai nilai alat tukar. "Kalau jadi alat tukar baru jadi masalah," tegasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News