Sambut Imlek, Kelenteng Berusia 197 Tahun di Malang Bersolek

27 Januari 2022 16:00

GenPI.co Jatim - Perayaan tahun baru Imlek 2022 kurang dari satu pekan. Alhasil suasana persiapannya juga mulai terasa, menyambut tahun baru Macan Air ini.

Salah satu persiapan menyambut Imlek terlihat di Kelenteng Eng Ang Kiong, yang berada di Kota Malang.

Wakil Ketua Yayasan Kelenteng Eng An Kiong, Herman Subianto mengatakan, persiapan menyambut tahun baru Imlek 2573 sudah dilakukan sejak sepekan yang lalu.

BACA JUGA:  Mengenal, Upacara Adat Tetaken, Rutin Digelar Turun Temurun

Dia mengatakan, salah satunya menggelar ibadah Sung Sien, yakni sembahyang yang bertujuan untuk mengantarkan Dewa Kembali kepada Tuhan.

"Ibadah Sung Sien untuk mengantarkan para Dewa ke tempat Tuhan untuk melaporkan insani, perbuatannya, dan kebijakannya," ujar Herman, pada GenPI.co Jatim, Kamis (27/1).

BACA JUGA:  Jelang Imlek, Kampung Tambak Bayan Surabaya Siapkan Kejutan

Selain ibadah Sun Sien, kelenteng yang sudah berusia 197 tahun ini juga melakukan pemandian terhadap patung Dewa. Satu per satu patung diturunkan dari altar.

Satu per satu patung tersebut dibersihkan menggunakan air sabun. Setelah itu, patung Dewa kembali disiram dengan air tujuh rupa.

BACA JUGA:  Pagelaran Seni di Kota Batu Digelar, Bawa Misi Penting

"Kami juga melakukan pembersihan di ruangan altar. Pertama di altar utama. Semua Dewa kita turunkan, kita bersihkan, habis itu kita kembalikan," lanjutnya.

Sementara itu, Herman menjelaskan, perayaan Imlek nanti pihak kelenteng meniadakan tradisi pementasan Wayang Potehi, atraksi barongsai hingga Lontong Cap Go Meh karena masih pandemi Covid-19.

Herman juga menerangkan, dalam perayaan Imlek nanti Kelenteng Eng An Kiong akan menjadi tempat ibadah bagi umat Tri Dharma. Yakni, bagi para agama Ji (Khonghucu), Too (Tao), dan Sik (Budha).

“Ini diikuti dari kalangan Tri Dharma, yaitu Khonghucu, Tao dan Budha. Jadi dari untuk tiga agama,” tambahnya.

Selain itu, dalam pelaksanaan ibadah Imlek nanti pihak Kelenteng Eng Ang Kiong sudah mengatur beberapa mekanisme. Di antaranya adalah penerapan protokol kesehatan, waktu sembahyang, dan jumlah jamaah yang hadir.

"Terkait ibadah harus menerapkan prokes. Sembahyang pagi kita hanya mengundang para tokoh saja, kira-kira hanya 20 sampai 30. Untuk jamaah yang lainnya kita atur bergantian hingga malam hari," lanjutnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM