GenPI.co Jatim - Seniman di Jawa Timur bersama Sanggar Baladewa Surabaya menggelar pentas bertajuk The Laras of Gamelan Merah Putih, di Gedung Kesenian Cak Durasim, Surabaya, Sabtu (5/2).
Pertunjukan itu sebagai bentuk memaknai penetapan gamelan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda oleh Unesco pada Desember 2021.
Penulis naskah dan sutradara The Laras of Gamelan Heri Lentho menerangkan, gamelan dianggap sebagai keluarga. Sedangkan, laras memiliki arti getaran hidup yang terjaga.
"Laras juga kewaspadaan dalam menjaga kehidupan yang harmonis. Gamelan adalah mataharinya bangsa dalam menjaga persatuan," kata Heri kepada GenPI.co Jatim.
Sementara itu, jalannya pertunjukkan dibuka dengan penampilan anak-anak kecil dari Sanggar Baladewa Surabaya yang melantunkan tembang suwe ora jamu dan diiringi permainan 11 orang pemain gamelan.
Tak hanya itu saja, ketika lantunan lagu berbahasa jawa mengalun, seorang penari wanita masuk ke dalam pentas.
Penampilannya elegan, kakinya melangkah senada dengan alunan musik tradisional. Kemudian, terdengar suara lantang pembacaan syair bernada jawa dari seorang penampil.
Bunyi dari gesekan biola dan violin menambah kemegahan pertunjukkan. Ada seorang penari juga yang mengenakan baju bermodel garuda, lengkap dengan bulu-bulu berwarna emas.
Penari berkostum garuda itu muncul ketika tirai berwarna putih yang tergantung di panggung terbuka. Tak hanya dia saja, beberapa orang penari juga turut muncul bersamaan.
Meski pertunjukkan digelar dengan protokol kesehatan ketat, namun performa para seniman sukses membius seluruh penonton. Riuh tepuk tangan bergema saat acara tersebut berakhir.
Heru berharap, gamelan bisa semakin dikenal, khususnya oleh generasi muda tanah air.
"Pesona seharusnya jadi subjek jadi kebanggaan identitas (bangsa Indonesia). Oleh karena itu, kita buat The Laras of Gamelan Merah Putih," ujarnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News