Ponorogo Punya 3 Buku Bertema Khas

15 Maret 2021 19:00

Jatim.GenPI.co - Kekayaan seni, budaya dan adat istiadat Ponorogo dipastikan akan lestari dan terus berkembang.

Hal ini ditandai dengan hadirnya tiga buah buku bernuansa khas Ponorogo yang merupakan catatan atas khasanah budaya di Bumi Reyog.

BACA JUGA: Dua Artis Cantik Bintangi Film Terbaru Bayu Skak

Ketiga buku tersebut adalah Kemilau Reyog Ponorogo, Simbol dan Makna Ricikan Keris dan Ponorogo Mantu.

“Peluncuran buku sebagia bagian mempublikasikan buku-buku yang telah disusun Pemkab Ponorogo selama tiga tahun terakhir dan baru selesai baru-baru ini. Buku-buku tersebut menyangkut masalah budaya,” ungkap mantan Bupati Ipong dilansir dari website Ponorogo.go.id.

Ia menjelaskan buku pertama, Kemilau Reyog Ponorogo merupakan kumpulan karya sketsa lukis cat air tentang penampilan kesenian reyog dalam berbagai sudut pandang.

Buku ini disusun oleh Agus Tomim dan Komunitas Lukis Cat Air Indonesia (Kolcai).

Buku kedua adalah Simbol dan Makna Ricikan Keris yang merupakan eksplorasi tim dari Pemkab Ponorogo dengan penulis Mpu Totok Brojodiningrat. Buku ini membahas berbagai tanda-tanda bahasa dan maknanya.

Sedangkan buku ketiga adalah Ponorogo Mantu. Buku yang ditulis oleh Sutji Hariati, seorang ahli rias pengantin di Ponorogo berisi tentang tata cara dan adat pelaksanaan pernikahan sampai busana dengan gaya Ponoragan atau khas Ponorogo.

Buku ini adalah sebuah dokumen tertulis atas tata cara dan gaya busana yang sudah dibakukan oleh Himpunan Rias Pengantin Indonesia (Harpi) pada 2017 lalu setelah sebelumnya dipresentasikan dalam sebuah simulasi secara nyata dan lengkap.

“Selama ini warga kita ini selalu memakai adat Solo atau Yogya kalau menyenggarakan mantenan. Nah, kemudian saya bersama bu Sutji dan almarhum Pak Dodi berusaha menggali adat istiadat mantenan Ponorogo. Lalu kita kumpulkan informasinya dan 2017 dibakukan,” ujar Bupati Ipong.

BACA JUGA: Puthu Lanang, Jajanan dari Celaket Melegenda Sejak 1935

Tak lama setelah buku ketiga terbit, Bupati Ipong menikahkan putrinya. Sehingga ia sekeluarga bersedia menjadi contoh dengan melaksanakan adat Ponorogo yang dibakukan ini dalam penyelenggaraan pernikahannya.

“Harapannya, dengan adanya buku-buku ini, kita semua bisa terus menjadi pelestari dan pengembang budaya luhur Ponorogo,” pungkasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Fitra Herdianariestianto

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM