Jatim.GenPI.co - Sejumlah petani dan akademisi yang tergabung dalam Gerakan Petani Nusantara menggelar doa bersama dan ruwatan, Rabu (21/7) kemarin malam secara virtual.
Acara tersebut diikuti sekitar 186 peserta yang berasal dari sejumlah daerah antara lain, Lombok, Jawa Timur, Kalimantan, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Acara dipimpin Hermanu Triwidodo, Penasehat GPN dan dosen IPB.
BACA JUGA: Ani Arlita Luncurkan Lagu di JPNN Musik, Nyanyi Bareng Yuk!
Sejumlah petani di Blitar ikut gelaran ini dengan sajian jenang sengkolo.
Hermanu Triwidodo mengatakan, kenduri jenang sengkolo dengan warna merah dan putih ini untuk menghindari pagebluk pandemi Covid-19.
"Selain ikhtiar dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19, juga perlu ikhiar yang bersifat batiniah yaitu dengan melakukan doa taubat dan ruwatan," katanya mengutip dari ngopibareng.
Lanjutnya, jenang sengkolo berasal dari kata Sengkolo markolo dalam istilah jawa punya arti menghilangkan sengkolo atau marabahaya.
"Jenang putih atau jenang Setha terbuat dari beras dan santan. Maknanya sebagai penghormatan kepada orang tua (bapak) dan simbol sebagai sperma laki-laki," kata Hermanu.
"Jenang merah mempunyai makna sebagai indung telur merupakan simbul dari sosok seorang ibu, sebagai tempat dimulainya kehidupan baru manusia," katanya.
BACA JUGA: Perajin Berkurang, Industri Gamelan Masih Bertahan
Ia berharap ada perkawinan jenang sengkolo merah dengan jenang sengkolo putih yang bermakna bersatunya ibu dan bapak agar terlahir kehidupan baru.
"Jenang sepuh yang berarti tua, merupakan komposisi jenang sengkolo warna merah dan putih yang maknanya ngewaruhi bumi atau menyapa bumi, atau ungkapan terima kasih kepada alam atau bumi," katanya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News