GenPI.co Jatim - Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dua tahun membuat semua kegiatan masyarakat terganggu dan bahkan ada yang berhenti.
Nah, dampak tersebut juga dirasakan oleh para seniman yang hendaknya beradaptasi. Salah satunya dengan digitalisasi repertooar agar tetap eksis.
"Secara umum semua seni pertunjukan konvensional mulai skala lokal, nasional maupun global mengalami guncangan luar biasa dan hampir 90 persen mengalami kelumpuhan," kata Guru Besar Universitas Negeri Malang, Joko Sariono.
Seni budaya daerah yang berpangkal dari komunitas tidak bisa beraktivitas lagi dengan kondisi seperti ini.
Ia mengatakan, ruang aman untuk berkreasi yaitu dunia digital repertoar yang hingga saat ini belum banyak dimanfaatkan para seniman.
"Maka dari itu, seniman di Kabupaten Blitar harus bekerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya mereka yang bergelut dengan dunia digital, agar tetap eksis," jelasnya.
Sarannya agar seniman mulai beradaptasi ke dunia digitalisasi repertoar bukan tanapa alasan. Hal ini dikarenakan pandemi Covid-19 yang tidak akan hilang 100 persen.
"Selain adaptasi dengan digitalisasi, seniman tradisional harus mulai menerima seni pertunjukan kontemporer maupun kebudayaan dari luar agar bisa terjadi saling mengisi, sehingga bisa diterima masyarakat luar," katanya.
Joko lantas mencontohkan, seni pertunjukan tradisional campursari, wayang kulit, jaranan maupun elekton harus mulai melakukan perubahan tata cara pertunjukan.
Sebab, pasca pandemi kalau tidak segera melakukan perubahan akan mengalami kepunahan. (Ngopibareng)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News