Warga Banyuwangi Gelar Tradisi Maulid Nabi, Sudah Ada Sejak Abad 20

09 Oktober 2022 10:00

GenPI.co Jatim - Warga Banyuwangi menyambut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan menggelar tradisi yang sudah ada sejak abad 20.

Nama tradisi yang rutin digelar warga Banyuwangi saat Maulid Nabi Muhammad SAW adalah endhog-endhogan.

"Tradisi ini merupakan bentuk ekspresi kecintaan masyarakat Banyuwangi kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Sebagai ungkapan rasa syukur, kami menysihkan sebagian rezeki untuk berbagi dengan tetangga meski hanya telur dan seancak nasi," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Sabtu (8/10).

BACA JUGA:  Gladys Collection, Tema Terbaru di Surabaya Fashion Parade 2022

Lanjut Ipuk, tradisi Endhog-Endhogan patut dilestarikan karena banyak terkandung nilai religiusitas dan sosial, seperti saling berbagi di masyarakat.

"Inilah bentuk nyata dari nilai utama Pancasila tentang gotong royong. Semua masyarakat terlibat dalam menyukseskan kegiatan," katanya.

BACA JUGA:  Rute dan Tiket Masuk Pantai Gondo Mayit, Surga Tersembunyi di Blitar

Tradisi Endhog-Endhogan ternyata sudah ada sejak paruh pertama abad 20.

Hal ini berdasarkan Cathetan Raden Sudira yang melakukan riset tentang Banyuwangi pada awal 30-an atas perintah peneliti Belanda, Theodoore Pigeaud.

BACA JUGA:  Surabaya Art & Culture Festival Kembali Digelar, Catat Tanggalnya

"Dalam manuskrip yang kini tersimpan di Perpustakaan Universitas Indonesia itu, diterangkan tentang makanan yang tersaji pada perayaan Maulid Nabi. Yakni, ancak dan endhog-endhogan sebagaimana yang dikenal saat ini," kata penulis buku Islam Blambangan, Ayung Notonegoro.

Berdasarkan penulis buku, konon tradisi ini pertama kali dicetuskan oleh KH. Abdullah Faqih dari Cemoro, Songgon. (ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Fitra Herdianariestianto

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM