"Harga (tempe) naik gak bisa. Jadi, ukuranya yang diperkecil. Kalau dinaikan pembeli gak mau," ungkapnya.
Ghofur mengaku, jika tak dalam kondisi mogok produksi, biasanya pelanggannya datang dari para pedagang keliling. Namun, tak jarang juga dia menyuplai tempe ke warung mau pun ke pasar.
"Dulu pertama jadi 50 potong. Harganya Rp75.000 (satu rak), sekarang jadi Rp90.000. Tapi kalo dikalkulasi keuntungannya sangat tipis meski sudah diperkecil (ukuran tempe) gitu," jelasnya.
BACA JUGA: Tempe di Surabaya Mulai Hilang dari Pasaran
Ghofur menambahkan, untuk membuat tempe tidak bisa dipastikan jumlah produksi hariannya. Sebab, berat yang ada di dalam sekarung kedelai belum tentu semuanya bisa digunakan.
"Ya tergantung kualitas kedelainya. Jadi, kalau produksi gak bisa dipastikan bisa berapa sehari. Kalau harga, ya sepotong tempe produksinya dihargai Rp1.500 dan dijual oleh pengecer sebesar Rp2.000," ujarnya. (*)
BACA JUGA: Wali Kota Surabaya Beri Jaminan, UMKM Bisa Sedikit Tersenyum
Lihat video seru ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News