Mengenal, Upacara Adat Tetaken, Rutin Digelar Turun Temurun

Mengenal, Upacara Adat Tetaken, Rutin Digelar Turun Temurun - GenPI.co JATIM
Upacara adat tetaken Pacitan. (foto: Instagram disparbudporapacitan)

GenPI.co Jatim - Kesenian dan adat terus dipegang teguh oleh masyarakat hingga saat ini. Salah satu adat istiadat yang masih dipegang dan dijalani adalah upacara adat tetaken di Kabupaten Pacitan.

Melansir Instagram @disparbudporapacitan, tetaken merupakan upacara adat berupa ritual sedekah bumi yang dilaksanakan setiap tahun secara rutin pada tanggal 15 Muharram menurut kalender Islam dan diwarisi secara turun temurun.

Fakta menarik, tetaken merupakan salah satu potensi budaya di Pacitan yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) atau Intangible Culture Heritage dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

BACA JUGA:  Jelang Imlek, Kampung Tambak Bayan Surabaya Siapkan Kejutan

Nah, sedangkan arti tetaken sendiri dari "Tetekian" dalam bahasa Sansekerta berarti "teteki" dan mendapat imbuhan "-an" sehingga menjadi "tetekian" yang berarti pertapaan.

Upacara adat tersebut diadakan untuk mengenang sejarah Desa Mantren dan leluhur mereka yang membuka lahan atau babat alas, yakni Kyai Tunggul Wulung.

BACA JUGA:  Jelang Imlek, Kampung Tambak Bayan, Surabaya Mulai Bersolek

Sebelum membuka lahan, Kyai Tunggul Wulung melakukan pertapaan di Gunung Limo. Kyai Tunggul Wulung membuka lahan disekitar lereng Gunung Limo yang sekarang menjadi Desa Mantren dan Menyebarkan Islan ke seluruh Pacitan.

Sementara itu, upacara adat tetaken diawali dengan proses pertapaan. Peserta pertapa akan melewati sejumlah tahap dan setelah selesai akan disambut warga yang umumnya berprofesi sebagai petani.

BACA JUGA:  Happy Asmara Keluarkan Lagu Baru, Liriknya Buat Ambyar

Warga yang juga petani itu menyuguhkan hasil bumi. Upacara adat ini ditutup dengan tarian Langen Bekso yang dilakukan secara berpasangan. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya