
Marta sebenarnya sempat melancarkan serangan yang berbuah poin. Tapi itu hanya dilihat oleh wasit utama, sedangkan empat wasit lainnya tidak melihat momen tersebut. Sehingga poin itu tidak diakui. Ronde pertama pun berakhir imbang.
Babak perpanjangan pun dilakukan. Namun kedudukan masih sama kuat. Akhirnya wasit memanggil pelatih Jatim dan dan Papua Barat. Wasit bertanya, apakah perlu melanjutkan ke babak perpanjangan kedua atau tidak. Pelatih Papua Barat menolak. Pun demikian dengan Jatim.
“Dengan hasil yang masih fifty-fifty, saya bisa memaksa Marta untuk bermain. Tapi saya pikir itu tidak bijak. Sebab kondisi Marta sudah seperti itu. Saya bertugas untuk menyelamatkan atlet saya dulu supaya tidak cedera fatal,” jelas I Wayan Martha Utama. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News