Tolak Belajar Jarak Jauh, Aliansi Pelajar Senggol Merdeka Belajar

30 Juni 2021 15:00

Jatim.GenPI.co - Rencana pemerintah berencana memberlakukan pembelajar tatap muka (PTM) terancam batal seiring meningkatnya pasien Covid-19. Sekolah jarak jauh atau daring kembali menjadi opsi. 

Mencuatnya kembali pembelajaran jarak jauh (PJJ) tersebut direspon Aliansi Pelajar Surabaya. 

BACA JUGA: RS Rujukan Covid-19 Penuh di Mana-mana, PERSI Jatim Usulkan Ini

Ketua Aliansi Pelajar Surabaya, Mirza Akmal Putra menegaskan menolak PJJ. Sebab, menurutnya, sistem PJJ hanya memberi beban fisik dan mental kepada siswa saja. 

Pembelajaran daring juga dinilai menghilangkan hubungan harmonis antara guru dan pelajar seolah sirna. Belum lagi kualitas pelajaran yang didapatkan siswa bisa berkurang. 

"Jangan hanya berkelakar tentang bahaya Covid-19, kemudian menjadikan pelajar sebagai korban sistematika pendidikan," kata Mirza dalam siaran persnya, Selasa (29/6).

Mirza menilai, PTM bisa secara efektif memberi pengertian tentang Covid-19 pada siswa. Karenanya dirinya meminta Satgas Covid-19 turun membentuk satuan yang sama di level sekolah. 

Anggotanya bisa para pelajar di sekolah masing-masing dan guru sebagai pendamping. "Jadi, pelajar juga tergerak untuk melindungi diri sendiri, teman, dan keluarga besar sekolahnya," katanya. 

"Bukan hanya dilarang begini begitu, dimarahi, dan dibatasi gerak geriknya. Pelajar harus sungguh-sungguh merdeka. Saya rasa, OSIS, PMR, UKS, Rohis, dan Pramuka bisa digerakkan untuk melakukan sebagai Satgas Covid-19," imbuhnya. 

Mirza menyebut, PJJ bisa merenggut makna merdeka belajar yang sesungguhnya. Siswa dibebani tugas yang seolah mengekang mereka. 

"Toh, pelajar akhirnya hanya dihujani dengan tugas, tugas, dan tugas, tanpa adanya komunikasi intensif dan interaktif dari gurunya," katanya. 

BACA JUGA: Bikin Kaget, Crazy Rich Tulungagung Keluar Kandang Penuhi Jalanan

Data dari Lembaga Arus Survei Indonesia (ASI) mengungkapkan, 75,8 persen publik setuju dengan pengadaan PTM. 65,7 persen publik menilai bahwa PJJ kurang efektif.

Sementara itu, survei dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dari 1700 pelajar, terdapat 76,7 persen mengatakan tak senang belajar di rumah. Kemudian 73,2 persen di antaranya menyatakan, tugas yang diberikan cukup berat. Lalu, 79,9 persen pelajar mengaku interaksi antara pelajar dan guru tak ada. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co JATIM