GenPI.co Jatim - Young Budhhist Association bersama sejumlah komunitas seperti Gusdurian Peduli dan Roemah Bhineka, serta lembaga Ecoton melepas ribuan ikan.
Berbagai jenis ikan seperti ikan nila, patin, bawal, gabus, bulus, biawak, dan kepiting, di lepas di Kawasan Hutan Raya Mangrove Surabaya Jawa Timur.
Panitia Fang Seng Young Budhhist Association, Billy Lukito Joeswanto mengatakan, kegiatan ini sekaligus melaksanakan Fang Sheng yang merupakan tradisi dalam agama Buddha.
"Total donasi dari 72 donatur mengumpulkan 200 kilogram ikan nila, 200 kilogram ikan patin, 100 kilogram ikan bawal, 241 ekor biawak, 150 ekor bulus, dan 500 ekor kepiting," ujarnya, Senin (6/12).
Setelah melepas, kemudian dilanjutkan dengan pemanjatan doa bersama Bhante Nyana Dharmamaitri Mahathera.
Pihaknya berharap seluruh hewan yang dilepas ke alam diberkati, lantaran telah terjain jodoh dengan peserta.
"Memiliki niat mulia untuk ingin melepas mereka sesuai dengan ekosistem yang sudah tervalidasi oleh pihak Ecoton," katanya.
Billy menyebut, pelepasan ini juga untuk membebaskan ikan-ikan yang akan melalui proses penyembelihan sebelum dikonsumsi. Tiap tahapan diyakinya akan memberikan rasa penderitaan pada hewan.
Karenanya, pelepasan ikan ke habitatnya bertujuan untuk memastikan kelangsungan hidup sekaligus memberikan manfaat pada alam.
"Ritual ini dalam agama kami dikenal dengan Fang Sheng, yaitu kegiatan melepaskan satwa yang terancam terbunuh ke alam bebas agar kami sebagai manusia terhindar dari mara bahaya dan mendapatkan kebaikan karena menolong mahkluk yang menderita," ujarnya.
Sementara itu, pelibatan sejumlah elemen masyarakat ini juga untuk memperkuat tali silahturahmi antar umat beragama, sekaligus memperkenalkan tradisi Fang Sheng.
Staf Operasional Pengadministrasian Kebun Raya Mangrove Surabaya, Ani Sofiatun menerangkan, Kawasan Mangrove di Kota Surabaya menjadi yang terbesar di Pulau Jawa.
Validasinya dikeluarkan oleh tim peneliti dari LIPI dan Yayasan Kebun Raya Indonesia.
Pihaknya berharap, keberadaan mangrove bisa dioptimalkan untuk obyek wisata masyarakat dan komunitas.
"Juga bisa dimanfaatkan untuk pelepasan satwa yang aman dari perburuan illegal serta penanaman pohon mangrove untuk mencegah abrasi," kata dia.
Sementara itu, Ketua Ecoton Prigi Arisandi mengatakan, kegiatan semacam ini merupakan hal yang mampu memberikan dampak positif bagi keberlangsungan ekosistem.
"Tentu kegiatan melepaskan ikan dan bulus ini bisa membantu menyelaraskan harmoni ekosistem keanekaragaman hayati di muara Mangrove. Ini patut dicontoh," ujarnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News