Bus Listrik Merah Putih Dibuat Bersama Mahasiswa

13 Maret 2022 03:00

GenPI.co Jatim - PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA terus menyiapkan bus listrik yang akan digunakan di ajang G20 di Bali pada November 2022.

BUMN yang ada di Kota Madiun itu berencana melibatkan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk membuatnya.

Direktur INKA Budi Noviantoro mengatakan, Kemendikbudristek di Jakarta membuka seleksi program magang Kampus Merdeka.

BACA JUGA:  Ubaya Luncurkan 2 Motor Listrik, Imut Tapi Tenaganya Gahar

Mereka yang lolos akan ikut bergabung dalam pengembangan bus listrik. Ada sebanyak 100 mahasiswa yang terpilih dari 19 perguruan tinggi.

"Mereka magang di sini itu mulai nol pembuatan bus listrik sampai jalan, uji coba, sampai memiliki sertifikat. Kita kan sekarang baru punya satu, kita buat lagi 19 unit bus listrik untuk mendukung KTT G20," ujarnya, Jumat (11/3).

BACA JUGA:  Anargya EV Mark 2.0 Tenaga Listrik Karya ITS, Lihat Tampilannya

Keterlibatan dari mahasiswa ini merupakan kerja sama INKA dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

INKA mendapat tugas untuk membuat bus 19 unit listrik Merah Putih guna mendukung KTT G20 di Bali.

BACA JUGA:  Tirex, Mobil Listrik Buatan SMK Swasta di Sidoarjo

Sebanyak sembilan unit di antaranya akan dikerjakan mahasiswa magang Kampus Merdeka menggunakan sistem pendanaan 50:50.

Kerja sama ini merupakan yang pertama, nantinya para mahasiswa tersebut akan dilibatkan dalam pembuatan desain hingga memproduksi bus listrik Merah Putih.

Spesifikasi dari bus listrik Merah Putih, memiliki panjang 8 meter (bus medium). Secara garis besar masih sama dengan bus buatan INKA sebelumnya.

Ketua Tim Akselerasi Bus Listrik Merah Putih Nur Yuniarto mengatakan yang membedakan bus listrik buatan mahasiswa dan INKA, yani warna.

Desain bus listrik kali ini memakai warna merah dan putih karena ada keterlibatan mahasiswa.

Perbedaan lainnya dari sisi motor penggerak menggunakan listrik yang 100 persen hasil desain perguruan tinggi kolaborasi dengan INKA.

Nur yang juga dosen ITS Surabaya tersebut menegaskan, yang perlu diubah adalah budaya industri.

Dia menilai perlu adanya pemahaman budaya industri bahwa tidak hanya manufaktur atau perakitan. Pondasi utamanya adalah riset.

"Makanya, ada muatan kemandirian teknologi dalam program ini. Jadi itu betul-betul hasil karya atau pemikiran dari tim peneliti, yakni tim peneliti dari INKA sekaligus dibantu mahasiswa magang," katanya.

"Kalau risetnya kuat, nanti akan menghasilkan produk yang baik. Bukan hanya kita comot produk dari luar, kita akui sebagai produk kita," imbuhnya.

Sesuai rencana, program magang kampus merdeka akan dilaksanakan selama setahun. Program itu terbagi dalam dua tahap, masing-masing tahap diikuti 50 mahasiswa.

Selama magang di INKA, para mahasiswa akan dibimbing oleh dosen-dosen dari sejumlah perguruan tinggi, seperti UGM, ITS, Unair, dan ISI Denpasar. (ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM