GenPI.co Jatim - Dosen FKH SIKIA Universitas Airlangga atau Unair drh. Aditya Yudhana membuat inovasi berupa teknologi inkubator penetasan penyu yaitu Intan Box (inkubator buatan).
Aditya mengatakan, pembuatan teknologi ini bermula dari permasalahan program konservasi penyu yang masih dilakukan secara manual dan alami. Selama ini hanya memakai sarang alami yang murni dari seleksi alam.
Permasalahan sarang alami yang muncul, yakni kerap terkena pasang air laut, predator alami di pantai, dan pengambilan atau perdagangan ilegal dari telur penyu tersebut.
“Sedangkan semi alami ini lebih proteksi, namun semi alami harus ada yang mengelola. Termasuk ketika pergantian pasir yang rutin dilakukan, kalau tidak diganti pasirnya maka akan rawan kontaminasi utamanya bakteri dan jamur," ujarnya mengutip laman resmi Unair, Jumat (25/3).
Sementara itu, pergantian pasir ini juga memerlukan tenaga dan biaya yang mahal, karena butuh sarang luas untuk telur penyu.
Intan Box diklaim mampu mengatasi masalah tersebut. Aditya menjelaskan, prinsip teknologi tersebut mengatur dan menjaga suhu serta kelembaban box sesuai dengan yang diinginkan menggunakan panel kontrol otomatis.
“Sehingga apabila kita tahu suhu optimumnya dan sudah kita setting itu juga akan efisien kalau kita ingin menetaskan rasio tukik jantan dan betina yang seimbang. Karena suhu mempengaruhi jenis kelamin yang dihasilkan oleh reptile,” katanya.
Dia mengungkapkan, inovasi tersebut tidak menggunakan media pasir sebagai media penetasan, melainkan menggunakan konsep penetasan dengan realisasi Intan Box tersebut.
“Jadi konsep tanpa menggunakan media pasir yang jadi kunci utamanya, karena parameter suhu dan kelembaban bisa kita kendalikan secara stabil. Sehingga kita tidak membutuhkan lagi media yang rawan akan cemaran maupun kontaminasi dari mikroorganisme tersebut,” imbuhnya.
Dirinya berharap, teknologi tersebut bisa segera diaplikasikan ke masyarakat. Sejauh ini masih dilakukan di Banyuwangi. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News