Ekonom Unair Beberkan Penyebab Harga Daging Sapi Naik, Simak

Ekonom Unair Beberkan Penyebab Harga Daging Sapi Naik, Simak - GenPI.co JATIM
Ilustrasi pedagang daging sapi. (Foto: M. Ubaidillah/genpi.co jatim)

Kebijakan ekspor tersebut juga menyebabkan harga sapi hidup bakalan dari Australia meningkat. Pada 2020 sekitar $2,8 atau Rp39.000 per kg sapi berat hidup. Kemudian pada 2021, ada kenaikan sekitar $3,78 dollar atau sekitar Rp52.000 per kg berat sapi hidup.

"Kenaikan impor sapi bakalan sekitar 30 persen ini juga akan mendorong kenaikan harga sapi dan menyebabkan biaya produksi ikut meningkat," jelasnya.

Konsumsi daging dalam negeri meningkat dari 2,3 kg per kapita menjadi 2,5 kg per kapita. Dalam kondisi supply yang berkurang dan demand yang meningkat, otomatis akan berpengaruh kepada harga daging sapi.

BACA JUGA:  BRI Sukses Jalankan Transformasi Digital, Hasilnya Positif

Selama ini masyarakat Indonesia mengonsumsi daging sapi yang hidup, bukan frozen meat atau daging beku.

"Kebutuhan daging sapi segar di Indonesia sekitar 85 persen, sedangkan 15 persen sisanya adalah frozen meat," tambahnya.

BACA JUGA:  Lowongan Kerja Telkomsel, Buruan Cek Persyaratannya

Selain faktor tersebut, dia menjelaskan, ada biaya terkait dengan rantai distribusi penjualan daging sapi domestik.

"Rantai distribusi daging sapi di Indonesia sangat panjang yang juga membuat harga daging sapi bertambah mahal," jelasnya.

BACA JUGA:  BRImo Permudah Transaksi Uang Hingga Beli Tiket, Mantap!

Rossanto menjelaskan, rantai distribusi daging sapi d Indonesia sangat panjang, mulai dari peternak hingga berakhir di tangan konsumen. Kemudian, peternak menjual sapi hidup kepada pedagang grosir berskala besar atau pengepul, selanjutnya pengepul menyerahkan kepada rumah potong hewan (RPH).

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya