
"Bukan hanya dilarang begini begitu, dimarahi, dan dibatasi gerak geriknya. Pelajar harus sungguh-sungguh merdeka. Saya rasa, OSIS, PMR, UKS, Rohis, dan Pramuka bisa digerakkan untuk melakukan sebagai Satgas Covid-19," imbuhnya.
Mirza menyebut, PJJ bisa merenggut makna merdeka belajar yang sesungguhnya. Siswa dibebani tugas yang seolah mengekang mereka.
"Toh, pelajar akhirnya hanya dihujani dengan tugas, tugas, dan tugas, tanpa adanya komunikasi intensif dan interaktif dari gurunya," katanya.
BACA JUGA: Bikin Kaget, Crazy Rich Tulungagung Keluar Kandang Penuhi Jalanan
Data dari Lembaga Arus Survei Indonesia (ASI) mengungkapkan, 75,8 persen publik setuju dengan pengadaan PTM. 65,7 persen publik menilai bahwa PJJ kurang efektif.
Sementara itu, survei dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dari 1700 pelajar, terdapat 76,7 persen mengatakan tak senang belajar di rumah. Kemudian 73,2 persen di antaranya menyatakan, tugas yang diberikan cukup berat. Lalu, 79,9 persen pelajar mengaku interaksi antara pelajar dan guru tak ada. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News