
"Saya ingin memberikan support karena desa ini memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Ditambah kekayaan budaya adiluhung dan filosofi nilai sejarah dari kerajaan-kerajaan yang ada di Sumenep," ucap dia.
Dia menyebut, nilai sejarah filosofi yang ada pada keris menjadi bagian dari sejarah serta kearifan budaya yang memiliki nilai tinggi.
Keris pada dasarnya bukan senjata tajam, melainkan sebuah pusaka yang menjadi warisan budaya bangsa. Khofifah menaruh harapan besar agar jangan sampai nanti masyarakat yang mengoleksi keris diartikan sebagai kolektor benda tajam atau senjata.
BACA JUGA: Rangkaian Perayaan HUT ke-104 Kota Mojokerto, Jangan Ketinggalan!
"Setelah saya ikuti dan amati, ternyata proses pembuatan keris cukup lama, ada hitungannya, milih hari untuk memulai, milih jam, dan tidak boleh sembarangan," jelasnya.
Dia sudah menugaskan Disbudpar Jatim bersama Empu untuk membaut Kampung Keris dikenal mudah dan diakses wisatawan.
BACA JUGA: Getuk Legendaris Bojonegoro, Gurih, Wajib Coba
"Kami berharap para Empu bisa mengidentifikasi nilai yang harus dikuatkan untuk menjadikan Desa Wisata Keris menjadi besar," lanjutnya.
Menariknya, Desa Aeng Tong-Tong tak hanya dikenal memiliki empu terbanyak di dunia, di sana juga memiliki galeri khusus keris yang menampilkan berbagai macam bentuk.
BACA JUGA: Sekarsari Corner, Wisata Baru di Mojokerto, Segar!
Galeri tersebut menampilkan keris para leluhur berusia 300 tahun.
Artikel ini sudah tayang di JPNN.com dengan judul: Gubernur Khofifah Kunjungi Aeng Tong-Tong, Desa dengan Empu Terbanyak di Dunia
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News