
Kemudian dikutip dari buku Perempuan dan Kehormatan bagi Masyarakat Madura (2020) karya Dedi Dores, pertunjukan Tari Muang Sangkal diawali dengan gerakan cepat.
Penari akan berjalan beriiringan menuju panggung. Setelah itu dilanjutkan dengan gerakan lebih halus.
Mereka akan menari sambil membawa cemong atau mangkung kuningan yang berisi kembang beraneka macam dan menaburkannya dengan gerakan yang lembut dan indah.
BACA JUGA: Museum Keraton Sumenep, Pilihan Destinasi Ketika Berkunjung ke Madura
Gerakan ini diselaraskan dengan musik pengiring yaitu musik gamelan khas keraton Sumenep, dimana gending yang digunakan adalah gending sampak, gending oramba-orambe dan gending lainnya.
Hingga kini, tarian tersebut terus dilestarikan sebagai wujud kesadaran budaya masyarakat Madura. Tari Muang Sangkal adalah identitas seni budaya yang akan terus tumbuh melewati waktu demi waktu.
BACA JUGA: Jadwal Kegiatan Surabaya Cross Culture Festival 2023, Cek Sekarang di Sini
Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo mengatakan, Tari Muang Sangkal mempunyai makna simbolis untuk menolak balak.
Menurutnya, para penari biasanya menaburkan beras kuning ketika memperagakan tari ini sebagai simbolnya.
BACA JUGA: Pemkab Banyuwangi Gelar Festival, Suguhkan Seni Lokal, Catat Tanggalnya
“Tari Muang Sangkal adalah simbol penolak balak, yang biasanya digelar ketika hajatan atau ada tamu besar yang datang ke Sumenep,” katanya dikutip dari keterangan resmi, Senin (21/8).
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News