Koleksi plasma nutfah padi lokal tersebut di antaranya padi varietas Bondowoso-1, Bulu Hideung, Ketan Keuyup, Merah Wangi, Kewah Gudril dan lainnya, sedangkan plasma nutfah padi non-lokal yang menjadi koleksinya diantaranya Nippon Barre dari Jepang.
"Indonesia sungguh kaya dengan sumber plasma nutfah padi lokal yang setiap jenisnya memiliki keunggulan tersendiri, bahkan ada jenis padi yang tidak disukai oleh hama seperti binatang karena kulit luarnya membuat gatal bagi tikus dan burung yang memakannya," katanya.
Ia mengatakan kini tidak banyak petani menanam padi lokal karena umur tanamnya lama dan produktivitasnya rendah.
BACA JUGA: Legislator Ini Pilih Pupuk Organik, Lebih Untung Katanya
Sehingga berbeda dengan padi hibrida seperti jenis IR-64 yang dalam jangka waktu 125 hari sudah dipanen, hasil panen juga lebih banyak dibandingkan padi lokal.
"Namun, perlu diingat, padi hibrida seperti padi IR-64 juga memiliki kekurangan karena bukan plasma nutfah lokal maka rentan dengan gangguan hama dan tidak selalu cocok ditanam di semua wilayah di Indonesia, sehingga beda dengan padi lokal yang memang sudah terbukti cocok dengan lingkungan dan iklim setempat," ujarnya. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News