Peneliti Ungkap Kondisi Otak Manusia Saat Fase Kematian, Simak!

03 April 2022 20:30

GenPI.co Jatim - Manusia akan melalui beberapa proses turunnya kesadaran menjelang kematian, dimana sudah dalam posisi tidak sadar.

Saat terjadi kondisi seperti itu, pasien tak akan mampu mengakses memori yang terekam pada ingatannya.

Lantas bagaimana dengan hasil penelitian perekaman otak manusia jelang kematian yang dilakukan oleh University of Tartu Estonia oleh Dr Raul Vicente?

BACA JUGA:  Bukan Memperbesar, Dokter Boyke Buka Rahasia Alat Pria Bikin Puas

Penelitian itu menggunakan alat bernama continous electroencephalography (EEG) kepada pasien berusia 87 tahun yang merupakan pengidap epilepsi.

EEG merupakan alat yang mampu mendeteksi aktivitas gelombang listrik pada otak melalui graph atau gambar.

BACA JUGA:  Rekomendasi Menu Berbuka Puasa yang Ramah Bagi Penderita Diabetes

Spesialis neurologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Dr Kurnia Kusumastuti, Sp.S(K) menyebut, penelitian perekamanan otak manusia itu dilakukan kepada pasien yang mati secara tiba-tiba.

Kesadaran dari pasien tersebut mengalami penurunan yang sangat drastis.

BACA JUGA:  Posisi Berhubungan Ranjang Saat Hamil, Dijamin Tetap Nikmat

Ketika proses perekaman dengan EEG, pasien pengidap epilepsi itu mengalami serangan jantung.

"Tidak ada darah yang mengalir ke otak. Sehingga tidak ada step-step jelang kematiannya," kata Kurnia, Minggu (3/4).

Saat memasuki fase kematian, gelombang frekuensi listrik pada otak akan mengalami pelambatan.

Ukuran normal gelombang otak sebanyak 9-10 gelombang per detik. Sedangkan, saat fase kematian hal itu turun menjadi 2-3 gelombang per detik.

Aktivitas listrik pada otak normal diukur dalam satuan microvolt, yaitu 70-100 microvolt. Namun, jelang kematian amplitudo otak semakin rendah yaitu kurang dari 2 microvolt.

"Hasil pengamatan EEG otak manusia yang normal dengan yang terkena penyakit epilepsi menunjukkan pola gelombang yang sama, yaitu lebih dari 2 microvolt dan kurang dari 10 microvolt. Namun terlihat perbedaan pola gelombang pada 1-2 jam menjelang kematian," jelas Dr Kurnia.

Hal tersebut dapat dilihat dari gambaran gelombang yang lambat, amplitudo yang terus menerus rendah, dan aktivitas ritmis yang berulang-ulang dalam periode waktu yang sama pada pengidap epilepsi. Sedangkan pada otak orang sehat akan meninggal dengan tidak adanya aktivitas ritmis, dan amplitudonya yang berangsur angsur rendah.

Selain menggunakan alat EEG, aktivitas otak manusia menjelang kematian juga dapat diketahui melalui pola napas dan ukuran pupil mata.

"Pola napas dikendalikan oleh otak, pola tersebut dapat diketahui jelang kematian jika terjadi apnea, yaitu napas yang berhenti," terangnya.

Pola pupil mata dalam keadaan normal akan membesar saat diberi sinar, kemudian mengecil. Apabila pupil tidak mengecil artinya fungsi saraf otaknya sudah terganggu. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM