Wabah PMK Menyerang, Akademisi UB Bagikan Tips Mengolah Daging

12 Mei 2022 20:30

GenPI.co Jatim - Akademisi Universitas Brawijaya/UB drh Dyah Ayu Oktavianie mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir terhadap adanya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).

Menurutnya, sejauh ini tidak ada bukti nyata jika penyakit tersebut dapat menyebabkan penularan kepada manusia.

“Masyarakat tidak perlu khawatir karena PMK bukan penyakit zoonosis dan sampai saat ini belum ada kasus penularan ke manusia di Indonesia,” kata Dyah pada GenPI.co Jatim, Kamis (12/5).

BACA JUGA:  Langkah Pencegahan Penularan PMK Kata Ahli, Peternak Wajib Tahu

Perempuan yang juga menjadi Dekan Fakultas Kedokteran Hewan ini menegaskan bahwa masyarakat tetap bisa mengkonsumsi daging dan susu sapi dengan pengolahan yang sempurna.

Caranya, dengan dimasak pada temperatur diatas 70-80 derajat selama 30 menit. Organ dalam seperti jerohan harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur.

BACA JUGA:  Sapi di Mojokerto Sembuh Wabah PMK, Jumlahnya Meningkat

“Ini yang harus dipahami masyarakat bahwa tidak perlu takut mengkonsumsi daging dan susu, tapi harus diperhatikan pengolahan daging dan susu dengan benar sehingga virus menjadi in-aktif,” imbuhnya.

Dyah mengatakan, FKH UB siap berkontribusi untuk ikut memerangi wabah tersebut.

BACA JUGA:  Waspada Wabah PMK, Pemkab Malang Ambil Sampel Hewan Ternak

Pihaknya siap melakukan kerja sama dengan dinas terkait dan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jawa Timur II dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan ternak.

Tak hanya itu, FKH UB juga siap memberikan edukasi kepada para kelompok ternak sapi maupun kambing dan Koperasi Unit Desa (KUD) di wilayah Malang Raya dan Kota Batu.

“Kami siap membantu pemerintah dalam penanganan wabah PMK ini dengan menerjunkan tenaga medis veteriner yang ada di Fakultas," katanya.

"Edukasi juga akan kami lakukan dalam bentuk Komunikasi Informasi dan Edukasi atau KIE yang bertujuan untuk memberikan informasi terkait penanganan hewan ternak yang terkena PMK,” imbuhnya.

Dyah menambahkan, melalui upaya yang telah dilakukan diharapkan tidak ada kepanikan yang berujung pengambilan keputusan yang salah dari para peternak atau jagal hewan.

“Selain itu dalam KIE kami nanti juga akan memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait bagaimana mengolah daging dan susu yang benar, sehingga tetap aman untuk dikonsumsi,” lanjutnya.

Ditambahkan Dyah, sebenarnya Indonesia sudah dinyatakan terbebas dari Penyakit Mulut dan Kuku sejak tahun 1990.

Wabah yang terjadi saat ini kemungkinan berasal dari lalu lintas hewan ternak atau bahan pangan asal hewan yang berasal dari luar Indonesia.

“Maka dari itu saat ini pemerintah memberlakukan pembatasan wilayah khususnya lalu lintas hewan ternak pada daerah wabah, agak tidak semakin meluas wabah PMK yang terjadi sejak akhir April lalu,” jelasnya.

Sapi yang saat ini sudah terindikasi terkena PMK, Dyah menyebut bisa diberikan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh, terapi symptomatis, dan antibiotik untuk mengatasi infeksi sekunder.

“Virus tersebut menyerang hewan ternak yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, dan pada sapi sapi muda bisa berakibat kematian. Sehingga angka mortalitas pada sapi muda atau pedet cukup tinggi,” pungkasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM