GenPI.co Jatim - Umat Islam telah memasuki bulan Dzulhijjah 1443 H dan merayakan Hari Raya Iduladha.
Dua hari sebelum Iduladha, 8 Dzulhijjah terdapat satu hari yang disebut hari tarwiyah.
Pada saat hari tarwiyah itu umat Islam disunnahkan untuk menjalankan ibadah puasa.
Mengutip laman NU Online, sebelum menjalankan puasa tarwiyah, anda diwajibkan untuk niat terlebih dahulu di waktu malam hari sebelumnya hingga menjelang subuh pada hari tersebut.
Adapun niat puasa tarwiyah adalah sebagai berikut.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i sunnati yaumit tarwiyah lillâhi ta‘ālā.
Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah esok hari karena Allah SWT.”
Kesunnahan puasa tarwiyah pada setiap tanggal 8 Dzulhijjah secar khusus ini ditegaskan oleh ulama dari Mazhab Syafi’i, selain mereka juga menganjurkan puasa delapan hari pertama bulan Dzulhijjah dan puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah.
Hal ini sebagaimana ditulis Syekh Said Muhammad Ba’asyin dalam kitabnya yang berjudul Busyral Karim (Beirut: Darul Fikr, 2012 M/1433-1434 H], juz II, halaman 488), bahwa “Puasa selama 8 hari sebelum hari Arafah dianjurkan. Ini yang dimaksud dengan perkataan matan, ’10 Dzulhijjah’. Tetapi puasa pada 8 Dzulhijjah dianjurkan sebagai bentuk ihtiyath terhadap hari Arafah dan juga termasuk 8 hari pertama Dzulhijjah,”.
Untuk diketahui, ada tiga pendapat mengenai penamaan tanggal 8 Dzulhijjah itu disebut hari tarwiyah, yakni (1) perenungan Nabi Adam ketika membangun Ka’bah, (2) perenungan mendalam Nabi Ibrahim setelah bermimpi diperintah untuk menyembelih anaknya, dan (3) perenungan orang haji mengenai doa-doa yang hendak dipanjatkan pada hari Arafah nanti. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News