GenPI.co Jatim - Citayam Fashion Week (CFW) akhir-akhir ini menjadi fenomena yang sedang menjadi tren bagi masyarakat.
CFW yang notabenenya berada di Jalan Jendeal Sudirman, Dukuh Atas, Jakarta Pusat tersebut sukses menyedot perhatian masyarakat luas.
Lenggak-lenggok para kawula muda itu kini banyak bermunculan di sosial media.
Tenarnya CFW, direspons oleh Pakar Komunikasi Universitas Airlangga atau Unair Prof. Rachmah Ida.
Dia menilai, kehadiran CFW dapat memuncul dekonstruksi tren fasyen yang coba diubah melalui fenomena ini.
"Mereka mencoba melakukan dekonstruksi terhadap barang-barang fasyen yang tidak dapat dijangkau oleh orang-orang di jalan," kata Rachmah, Kamis (21/7).
Ida menyebut, CFW yang notabenenya mengusung konsep fasyen jalanan itu juga tak kalah menariknya dengan fashion show pada umumnya atau pagelaran yang biasa dinikmati oleh kalangan menengah atas.
Busana yang dipakai oleh sekumpulan remaja di sana juga mengandung makna kreativitas melalui gaya berpakaian.
Selain itu, hadinya CFW juga disebutnya sebagai keinginan para anak-anak muda untuk membebaskan diri dari belenggu kapitalisme, melalui fasyen.
"Mereka ingin mengkomunikasikan bahwa ini adalah urban street fashion yang selama ini termarjinalkan, tidak diperhatikan, dan mungkin bahkan tidak mampu diakomodasi oleh media populer karena dianggap tidak laku," jelasnya.
Citayam Fashion Week menjadi cerminan saat anak-anak muda tak mendapatkan ruang maksimal oleh budaya mainstream.
"Mereka melihat area tersebut merupakan ruang publik baru yang selama ini tidak mereka dapatkan di media massa atau ruang publik yang terlalu elit," ungkapnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News