Pakar Kulit UB Malang Beberkan Gejala Monkeypox, Waspada!

28 Juli 2022 19:00

GenPI.co Jatim - Monkeypox atau cacar monyet tengah mewabah di beberapa negara. Badan kesehatan dunia (WHO) telah menetapkannya sebagai global health emergency.

Masyarakat diminta untuk mengantisipasi penyebaran virus tersebut.

Dokter spesialis kulit RSSA Kota Malang dr Dhelya Widasmara mengatakan, gejala cacar monyet manusia mirip dengan cacar air pada umunya. Akan tetapi cenderung lebih ringan.

BACA JUGA:  Waspada Cacar Monyet, Pakar Unair Beberkan Ciri-Cirinya

Hanya yang membedakan, yakni danya pembesaran kelenjar getah bening atau biasa disebut limfadenopati.

"Gejala dan tanda munculnya monkeypox dapat diketahui melalui beberapa fase. Pertama, fase yang menunjukkan gejala atau pedromal," kata dokter yang akrab di sapa Lala ini pada GenPI.co Jatim, Kamis (28/7).

BACA JUGA:  Kenali Gejala Cacar Monyet, Dokter RS UMM Beri Tips Mencegahnya

Pada fase tersebut, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Kemenkes RI, penderita akan mengalami demam yang disertai dengan gejala lain.

Seperti, sakit kepala yang terkadang terasa hebat, nyeri otot, sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening yang dirasakan di leher, ketiak, atau di area selangkangan, badan panas dingin bahkan kelelahan, dan lemas.

BACA JUGA:  Dokter Ratna Bagikan Tips Mencegah Cacar Monyet

"Kemudian, fase erupsi terjadi saat 1-3 setelah fase prodromal. Pada fase erupsi timbul ruam atau lesi pada kulit. Biasanya, ruam atau lesi ini dimulai dari wajah, lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya secara bertahap," jelasnya.

Selain itu, yakni ruam atau lesi pada kulit ini akan berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar atau maculopapular, lepuh yang berisi cairan bening atau nanah, lalu mengeras atau keropeng hingga akhirnya rontok.

Gejala cacar monyet akan berlangsung selama 2−4 minggu sampai periode lesi/ruam kulit tersebut menghilang.

Menurutnya, penularan virus monkeypox terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan hewan, manusia, atau bahan yang terjangkit atau terkontaminasi virus.

Selanjutnya, virus masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit atau luka yang sangat kecil, saluran pernapasan, atau selaput lendir seperti mata, hidung, atau mulut.

"Sedangkan penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran, kontak langsung dengan cairan tubuh atau material dari lesi (seperti darah, red), atau kontak tidak langsung, seperti melalui alas yang terkontaminasi," imbuhnya.

Sementara itu, untuk penularan antar manusia, diperkirakan terjadi terutama melalui droplet melalui pernapasan. Percikan droplet ini tidak dapat bertahan lama dan terbang jauh, maka diperlukan kontak tatap muka yang lama.

"Metode penularan dari manusia ke manusia lainnya termasuk kontak langsung dengan cairan tubuh atau material dari lesi, dan kontak tidak langsung dengan material lesi, seperti melalui pakaian atau linen yang terkontaminasi”, tandasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM