GenPI.co Jatim - Mempunyai pemimpin toxic di kantor ada baiknya kamu hindari, agar tidak mempengaruhi mental saat bekerja selama seharian.
Namun sayangnya, sosok pemimpin idaman itu sangat langka di dunia kerja.
Berikut ini adalah ciri-ciri pemimpin toxic yang biasanya terjadi di dunia kerja, jika kamu menemukannya sebaiknya hindari.
Pemimpin toxic biasanya tidak ingin karier karyawan atau pegwainya bagus dan berkembang.
Bahkan, mereka menganggap pegawainya itu sebagai pesaing sehingga tidak diberikan kesempatan untuk berkembang dan menerima tantangan baru.
Pemimpin yang seperti ini menurut paka kecerdasan emosi (EQ) Josua Iwan Wahyudi adalah mereka yang ingin memanfaatkan dan menggunakan kinerja tim untuk mengangkat dirinya sendiri.
Istilah ini merujuk pada perundungan terselubung yang dilakukan pemimpin perusahaan terhadap pegawainya.
Mikroagresi yang biasa dilakukan adalah melempar kata-kata bernada curiga, menuduh, meremehkan atau mengisyaratkan sikap tidak bersahabat.
Pemimpin toxic biasanya ikut campur tugas yang seharusnya dilakukan oleh pegawainya.
Hal ini dilakukan karena dia tidak mempercayai kemampuan pegawainya itu dalam setiap melakukan pekerjaan.
Perasaan ini timbul dari seorang pemimpin kepada pegawainya karena dianggap kurang menghormati dirinya sebagai bawahan.
Hal ini justru membuat pegawai tidak nyaman. Ada baiknya pegawai dipandang sebaga mitra yang dihargai atas kontribusi dalam pencapaian target perusahaan.
Seorang pemimpin meluapkan kritik negatif kepada pegawainya, seperti menjatuhkan dan bahkan secara tidak langsung mempermalukan di depan forum.
Cara seperti ini justru membuat karyawan tidak nyaman dan malu.
Bos perusahaan biasanya hanya berfokus pada bagaimana caranya pegawai melakukan tugasnya untuk mencapai target.
Namun seiring berjalannya target, tidak ada apresiasi yang diberikan, sehingga tidak perlu dipuji.
Praktik kepemimpinan ofensif dapat melukai hati pegawai. Menurut laporan MIT Sloan Management review, budaya tempat kerja toxic membuat karyawan memutuskan berhenti bekerja.
Bahkan jumlah karyawan yang memutuskan berhenti bekerja lebih besar, yakni sebanyak 10 kali lipat. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News