Jangan Asal Diagnosis Diri Sendiri, ini Bahayanya

25 Juli 2021 14:30

Jatim.GenPI.co - Pesatnya perkembangan teknologi, khususnya internet dalam bidang kesehatan memang bak pisau bermata dua. Satu sisi positif tapi satu sisi negatif.

Sisi positif itu adalah saat kamu sakit, terlebih saat pandemi Covid-19 seperti ini dimana banyak rumah sakit penuh. Kamu tak perlu keluar rumah, cukup dengan menggunakan internet, dengan menggunakan layanan telemedicine.

BACA JUGA: Tips Jaga Kesehatan Jasmani dan Rohani Anak Dari Ahli

Tapi sisi negatif, kamu pasti pernah mengalami takut saat tubuh mengalami sakit. Sehingga sedikit-sedikit mencari di internet.

Ternyata cara ini tidak asal loh, terlebih jika kamu self diagnosis alias mendiagnosis diri sendiri karena badan merasa tidak enak.

Mengutip dari alodokter, self diagnosis merupakan upaya untuk mendiagnosis diri sendiri berdasarkan informasi yang didapat secara mandiri.

Self diagnosis ini sebenarnya tidak boleh dilakukan loh, sebab hanya boleh dilakukan tenaga medis, seperti dokter, psikiater, atau psikolog.

Ada beberapa dampak buruk apabila kamu melakukan self diagnosis, antara lain:

1. Salah diagnosis

Menetapkan diagnosis tidak mudah. Diagnosis ditentukan berdasarkan analisis menyeluruh dari gejala, riwayat kesehatan terdahulu, faktor lingkungan, serta temuan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Tidak jarang, dibutuhkan berbagai pemeriksaan lanjutan serta observasi yang mendalam untuk mengetahui apakah ada masalah dengan fisik maupun mental seseorang.

Ketika melakukan self diagnosis, kamu sangat bisa melewatkan faktor-faktor penting tersebut, sehingga akhirnya kamu menyimpulkan diagnosis yang salah. Terlebih, jika informasi yang kamu peroleh berasal dari sumber-sumber yang tidak terpercaya.

Misalnya, irritable bowel syndrome dan kanker usus besar yang sama-sama memiliki gejala diare serta sembelit. Contoh lainnya, perasaan sedih yang mendalam bisa merupakan gejala bipolar atau depresi, tapi bisa juga merupakan respons psikis yang normal dari suatu kejadian.

2. Salah penanganan

Jika penetapan diagnosis tidak tepat, kemungkinan besar penanganannya juga akan keliru. Sebeb, setelah self diagnosis, seseorang bisa saja membeli obat atay melakukan pengobatan lain yang salah.

Padahal, setiap penyakit memiliki penanganan, jenis obat, dan dosis yang berbeda-beda.

Mengonsumsi obat yang salah justru dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang baru, memicu efek samping dan interaksi obat, atau bahkan ketergantungan obat.

Meski ada beberapa obat yang tidak menimbulkan efek samping apa pun yang berbahaya, jika salah penggunaan obat, keluhan yang kamu rasakan tidak akan membaik dengan obat tersebut.

3. Memicu gangguan kesehatan yang lebih parah

Dikarenakan salah mendiagnosis dan tidak mendapatkan penanganan yang tetap, penyakit yang kamu derita justru bisa menjadi lebih parah atau ditambah masalah baru (komplikasi).

Sebab, obat yang kamu konsumsi tidak berdampak apa-apa terhadap penyakit yang kamu alami.

Misalnya, setelah mencari tahu sendiri, kamu bisa saja mendiagnosis dan mengobati keluhan nyeri dada, sesak napas, dan batuk berdahak yang dialami sebagai bronkitis.

BACA JUGA: Tips Isoman di Rumah untuk Anak, Bunda Harus Sediakan ini

Padahal, keluhan-keluhan tersebut bisa menjadi gejala penyakit yang lebih parah, misalnya pneumonia atau bahkan penyakit jantung.

Maka dari itu, lebih baik konsultasikan dengan dokter jika kamu merasakan suatu gejala yang menganggu. Bila ingin pendapat lain, kamu bisa bertanya kepada dokter atau spesialis lain. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Fitra Herdianariestianto

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM