Jatim.GenPI.co - Pakar Imunologi Universitas Airlangga (Unair) Dr. Agung Dwi Wahyu Widodo menilai, munculnya varian Covid-19 yakni B117, memungkinkan meningkatkan kasus tanpa gejala.
Agung yang juga staf pengajar Fakultas Kedokteran Unair itu mengatakan, antibodi tertentu pada tubuh dikhawatirkan tidak dapat mendeteksi virus Strain B117.
Beberapa penelitian di Eropa dan Amerika, kata dia, menunjukkan penurunan angka netralisasi antibodi terhadap Strain B117.
BACA JUGA: Gubernur Jatim Garansi Vaksinasi Tetap Berjalan Meski Ada B117 UK
“Netralisasi ini artinya adalah kemampuan antibodi untuk menangkap serta menghilangkan virus ini," kata Agung.
"Pada beberapa penelitian menggunakan serum pasien, angka tersebut ternyata turun, ini berbahaya," imbuhnya melansir news.unair.ac.id, Kamis (18/3).
Ia mengungkapkan, terdapat sejumlah mutasi berupa delesi atau hilangnya gen pada virus pada Strain B117.
Akibatnya, virus itu mampu mengikat reseptor pada sel tubuh dengan kuat dan dapat menghindar dari antibodi.
"Kemungkinan adanya infeksi hampir sama dengan virus sebelumnya. Jadi penyebarannya cepat, tapi gejalanya tidak berat, bahkan bisa jadi tetap sama dengan Covid-19 selama ini," ungkapnya.
Pun demikian, Agung mengingatkan, angka kesakitan Strain B117 tergolong tinggi dikarenakan penyebarannya sangat cepat. Bahkan di Inggris virus ini juga berhubungan dengan kematian.
Menurut Agung, Strain B117 memiliki gejala yang masih mirip dengan SARS CoV2 pada umumnya.
Penderita yang terjangkit B117 sebagian besar memiliki indikasi flu, kehilangan indera penciuman dan perasa.
Gejala-gejala lain seperti pusing, sakit kepala, hingga sesak juga diklaim ikut menyertai.
“Gejalanya sama, tidak lebih berat atau lebih ringan. Cuma ada perbedaan persentase saja, jadi flunya yang menonjol adalah batuknya dibandingkan Covid sebelumnya,” katanya.
BACA JUGA: B117 UK Masuk Indonesia, Khofifah Pasang Kuda-kuda
Namun, ia menegaskan, Strain B117 berbeda dengan Virus Corona yang beredar di Inggris saat itu. Sebab, Strain B117 adalah hasil mutasi.
“Virus ini mengalami delapan mutasi pada bagian tonjolan (Spike). Yaitu enam mutasi pada gen Spike dan mengalami dua delesi, yang mana ada gen yang hilang,” tandasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News