Jadi Kota Termacet, Dishub Surabaya Pertanyakan Survei Inrix

15 Januari 2022 10:30

GenPI.co Jatim - Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya ikut angkat bicara terkait munculnya survei Inrix yang menempatkan Kota Pahlawan sebagai kota termacet se-Indonesia.

Baru-baru ini Inrix merilis penelitian Global Traffic Scoreboard 2021.

Kepala Dishub Kota Surabaya, Tunjung Iswandaru mempertanyakan soal data yang dimasukkan dalam hasil survei tersebut.

BACA JUGA:  Eri Cahyadi Turun Atur Lalu Lintas, Macet Karena Banjir

"Seperti yang disampaikan tadi, memang tidak bisa dikonfirmasi yang melakukan survei tersebut," ujarnya kepada awak media seusai konfrensi pers di Gedung Kominfo Kota Surabaya, Jumat (14/1).

Dia menilai, banyak hal yang dicantumkan dalam survei tersebut tidak sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

BACA JUGA:  Pemkot Malang Bakal Bangun Underpass, Urai Kemacetan

"Di situ (survey Inrix) memang disebutkan Surabaya sebagai kota termacet di Indonesia. Tapi kenyataannya tak kasat mata secara teknologi informasi, bisa diketahui dengan mudah jam-jam macet bisa diketahui," kata dia.

Survei Inrix juga menyebut bahwa pengendara membuang waktu 62 jam per tahun di jalan.

BACA JUGA:  Surabaya Kota Termacet, Eri Cahyadi Singgung Indikator Survei

Tunjung mempertanyakan indikator total waktu per tahun. Menurutnya, hasil itu tidak dibarengi dengan lama waktu tempuh dari satu titik ke titik lainnya.

"Emang ada waktu yang terbuang, tetapi dia tidak ngomong kalau bahwa waktu tempuhnya berapa lama kan gak disampaikan," jelasnya.

Pengamatan Transportasi Institute Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Hera Widyastuti mengatakan, berbicara soal kemacetan harusnya dibarengi dengan kondisi traffic di seluruh jalanan.

"Jadi mungkin akan lebih bijak kalau kita melihat travel time. Tapi saya tidak mengatakan bahwa global (traffic scoreboard) salah di sini, itu terserah mereka seperti apa," katanya.

Rute tempuh dari ITS menuju ke Jalan Tunjungan misalnya, perlu dihitung dulu real time di setiap jalan, sehingga perbandingan traffic tergambar jelas.

"Contoh lain, misalnya kalau di Malang mungkin dari Kampus Unibraw gitu, dia (pengendara) kan melalui beberapa jalan? Jadi seharusnya tidak mengamati pada satu jalan saja. Sehingga kita melihat pada travel time," ujarnya.

Sementara Kasatlantas Polrestabes Kota Surabaya AKBP Teddy Chandra menambahkan, kemacetan di wilayahnya terjadi secara situasional.

Kemacetan muncul karena peristiwa dengan sifat insidental atau terjadi sewaktu-waktu.

"seperti unjuk rasa atau kegiatan yang pakai ruas jalan atau cuaca yang memunculkan genangan," kata Teddy.

Selain itu, status sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Timur menjadikannya sebagai jujukan bagi masyarakat daerah sekitar untuk melakukan kegiatan.

Teddy menyebut, per harinya petugas kepolisian juga rutin melakukan pemetaan situasi dengan melihat pada aspek jam hingga titik lokasi ruas jalan.

"Titik macet, sepeti Jalan Ahmad Yani terus juga Jalan Darmo tapi sifatnya tentatif dan situasional," jelasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif Reporter: Ananto pradana

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM