Waduh, Jumlah Pasien HIV/AIDS di Surabaya Tertinggi se-Jatim

18 Januari 2022 05:00

GenPI.co Jatim - Ketua Fraksi PSI DPRD Kota Surabaya Tjutjuk Supariono meminta dinas kesehatan (dinkes) setempat segera mengambil kebijakan untuk menekan angka infeksi HIV/AIDS.

Data Dinkes Jawa Timur menyebutkan, pada 2021 jumlah pasien HIV/AIDS di Surabaya menjadi yang tertinggi denag 323 pasien.

"Jangan lupa bahwa kami punya target Three Zero 2030. Artinya tidak ada infeksi baru HIV, tidak ada kematian karena AIDS, dan tidak ada diskriminasi di tahun 2030," ujarnya tertulis, Senin (17/1).

BACA JUGA:  Wali Kota Surabaya Keluarkan Instruksi Tegas, Warga Perhatikan

Dia meminta pemkot meningkatkan sosialisasi dan edukasi, termasuk kepada anak-anak sekolah.

"Saya memahami penanganan Covid-19 merupakan prioritas utama, tapi bukan berarti kami bisa mengesampingkan permasalahan lainnya. Apalagi kasus HIV/AIDS di Kota Surabaya ini tertinggi di Jawa Timur," jelasnya.

BACA JUGA:  Meski Kasus Covid-19 Landai, Pemkot Surabaya Siapkan Rumah Sakit

Politikus yang duduk di komisis D DPRD Kota Surabaya itu juga membeberakan data cukup mengejutkan.

Laporan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Kemenkes RI mengungkapkan, pada 2020 sebanyak 50.626 kasus HIV/AIDS terditeksi.

BACA JUGA:  Sejumlah Remaja di Tulungagung Disebut Terinfeksi HIV/AIDS

Angka tersebut berpotensi lebih tinggi, lantaran estimasi kasusnya sebanyak 640.000.

Tjutjuk menyebut, kasus HIV/AIDS yang tak terdeteksi ini bisa menimbulkan mata rantai penyakit di masyarakat.

Selain itu, pihaknya juga menyoroti banyak yang terjangkit HIV/AIDS ini masih berusia 20-29 tahun.

"Miris melihat data ini, sebab mayoritas kasus ini terjadi pada anak-anak muda," katanya.

Banyaknya anak muda yang terjangkit HIV/AIDS ini menandakan pendidikan seksual sejak dini kurang efektif.

"Terutama terkait penggunaan kontrasepsi yang menyebabkan kebijakan kita menjadi tidak tegas dan terkesan abu-abu," ujarnya.

Tjutjuk juga meminta ada sosilisasi terkait HIV/AIDS di lingkungan kerja. Bisa dengan memanfaatkan media sosial, advokasi publik, hingga melalui serikat pekerja.

"Tidak hanya untuk mengurangi angka HIV, namun juga untuk mematahkan stigma dan diskriminasi pada ODHA (orang dengan HIV/AIDS)" imbuhnya.

Tjutjuk menambahkan, pelaksanaan mobile Voluntary Counseling and Testing (VCT), yakni tes HIV yang dilakukan pada populasi berisiko tinggi bisa berjalan di Kota Surabaya, pada tahun 2022. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif Reporter: Ananto pradana

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM