GenPI.co Jatim - Universitas Airlangga (Unair) melalui Institute of Tropical Disease (ITD) mengklarifikasi bahwa varian lokal yang sementara ini disebut sebagai B.1.619.
"B.1.619 kemarin sementara kami sebut lokal," kata Kepala ITD Unair Prof dr Maria Inge Lusida, Selasa (18/1).
Hasil itu muncul melalui pengujian genom sampel varian tersebut.
Maria melanjutkan, varian B.1.619 dari Indonesia sudah dilaporkan ke GISAID, yakni merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang fokus pada penelitian terkait data genetika virus.
Lembaga itu didirikan oleh pemerintah Jerman dan sudah ulung dalam melakukan studi pada ribuan genome virus yang mewabah di dunia.
"Sebelum ini, ada 1 isolat B.1.619 dari Indonesia yang terlaporkan di GISAID. Namun, sudah ada laporan 1000-an di GISAID dari berbagai negara di dunia sejak Maret 2020," terangnya.
Maria mengungkapkan bahwa varian B.1.169 tak mempunyai sifat dan karakteristik berbahaya. Selain itu, jenis mutasi ini juga diduga tidak memberikan dampak kepada kondisi kesehatan secara global.
"Tidak ada yang istimewa dari B.1.619," pungkas dia.
Sebagaimana yang diketahui, varian B.1.619 atau sementara ini disebut sebagai varian lokal muncul dari hasil uji 18 sampel yang dilakukan oleh
Institute of Tropical Disease (ITD) Unair, salah satunya terjangkit varian lokal.
"18 (sampel) yang diperiksa WGS nya itu delapan omicron, sembilan delta dan satu lokal," kata Erwin, Senin (17/1).
Varian lokal tersebut berbeda dari jenis mutasi Covid-19 lainnya, seperti delta, omicron, maupun virus yang awal mewabah.
Menurtnya jenis varian lokal ini juga belum pernah ditemukan dari kemunculan kasus-kasus covid yang sebelumnya pernah merebak.
"Varian lokal berbeda dengan (varian) Covid-19 yang asli pertama kali muncul," terangnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News