GenPI.co Jatim - Skema pembelajaran tatap muka (PTM) di Kota Surabaya berubah, para pelajar mulai SD hingga SMP akan masuk secara bergantian per hari dengan kuota 50 persen dari kapasitas kelas.
Sebelumnya, Pemkot Surabaya menerapkan PTM dengan sistem shift. Murid-murid di setiap sekolah belajar sesuai jam giliran yang sudah ditentukan.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menyebut, pergantian skema ini didasari atas rasa khawatir semakin merebaknya penularan wabah di lingkungan pendidikan.
Tak hanya itu saja, peningkatan angka kasus covid-19 juga menjadi acuan diterapkannya kebijakan ini.
Berdasarkan data lawancovid-19.surabaya.go.id jumlah kasus aktif sudah mencapai 1.067 orang. Kemudian, penambahan kasus aktif per Jumat (4/2) kemarin sebanyak 683 orang dan secara komulatif mencapai 69.844 orang.
"Saya bilang cukup lah sekali saja (PTM tanpa sistem shift). Sehingga, polanya satu kali masuk, satu kali tidak," kata Eri kepada media, Jumat (4/2).
Pelajar yang mendapatkan giliran masuk tetap melakukan pembelajaran seperti biasa dengan protokol kesehatan ketat.
Sementara itu, bagi pelajar yang tak memiliki jadwal sekolah, mereka akan melakukan PTM secara daring di rumah masing-masing.
"Kita pakai sistem hybrid. Jadi, semacam blended learning," terangnya.
Berubahnya skema PTM sudah dibahas bersama beberapa pakar terkait. "Kita juga sampaikan pentahelix ke Prof Windhu (Pakar Epidemiologi Unair), juga sama Bu Esti (Pembina Persakmi Jawa Timur) dan kita sepakati 50 persen dulu. Kita juga lihat (kondisi) ke depannya," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Yusuf Masruh mengatakan, penerapan PTM 50 persen tetap menerapkan enam jam waktu pembelajaran per sesinya.
"Yang satu (luring) masuk, habis itu yang daring gantian masuk. Terus besoknya, yang satu libur dan yang satu masuk," kata Yusuf saat dihubungi GenPI.co Jatim. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News