Guru Besar Unesa Beberkan Fakta Ancaman Kelangkaan Air

23 Maret 2022 05:00

GenPI.co Jatim - Guru Besar Teknik Penyehatan Lingkungan Unesa Prof. Erina Rahmadyanti beharap peringatan Hari Air Sedunia mampu memunculkan kesadaran pemanfaatan air dalam kehidupan sehari-hari.

Menurutnya, ketika terjadi kelangkahan air muncul, manusia bakal mengalami ancaman yang besar.

Oleh karena itu kelestarian air harus menjadi perhatian seluruh masyarakat.

BACA JUGA:  Heboh! Air Sungai di Mojokerto ini Berubah Warna Menjadi Biru

Hari Air Sedunia tahun ini mengusung tema "Air Tanah, Membuat yang tak Terlihat Menjadi Terlihat" yang secara tidak langsung mengajak untuk melindungi air tanah dari eksploitasi yang semakin berlebihan.

Apalagi, berdasarakan Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), kelangkaan air di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara diperkirakan meningkat yang diikuti dengan turunnya kualitas air.

BACA JUGA:  Peringati Hari Air Sedunia, Pemkot Mojokerto Buat Festival Keren

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengingatkan dampak perubahan iklim terhadap ketersediaan air bersih di Indonesia.

"Ini ancaman serius dan menjadi konsentrasi atau perhatian dunia," kata Erina tertulis, Selasa (22/3).

BACA JUGA:  Epidemiolog Unair Sebut Ada Varian Omicron Siluman, Harap Waspada

Erina menyebut, beberapa faktor bisa memicu terjadi kelangkahan air, seperti deforestasi, betonisasi, polusi dan global warming.

Dampaknya, sepertiga dari seluruh sekolah di dunia tak punya akses air bersih dan sanitas yang memadai.

Setengah dari rumah sakit di dunia akan menjadi tempat para penderita penyakit yang disebarkan air atau sanitasi yang buruk.

Dua pertiga penduduk dunia hidup dengan kondisi air yang tercemar, hingga 1,8 miliar orang mengalami kelangkaan air.

Tak sampai itu saja, kematian pada anak akibat diare akan terjadi dalam hitungan per 90 detik.

"Pada tahun 2015, dari 564 sungai yang berpotensi 6 persen air bersih dunia, sekitar 58 persennya tercemar," terangnya.

Menurut data dari Bappenas, 31 persen kematian anak di Indonesia disebabkan karena diare dan water borne diseases atau penyakit yang dibawa melalui air. Sebanyak 80 juta orang di Indonesia belum memiliki akses air bersih. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM