GenPI.co Jatim - Duo Etnicholic, sebuah band yang berasal dari Malang merilis album perdana bertajuk Nandur Kamulyan.
Pemilihan nama album tersebut diambil dari bahasa Jawa yang berarti menanam kebaikan atau kemuliaan.
Pada album perdana, mereka ingin menyampaikan suatu ajakan untuk semua umat manusia hendaknya melakukan hal-hal baik dan produktif.
Di dalam albun tersebut berisi 10 lagu yang memiliki orisinalitas tersendiri, yakni dengan teknis Jamming Session.
Vokalis Duo Etnicholic Redy Eko Prastyo menuturkan album Nandur Kamulyan merupakan sebuah tajuk sebagai suatu ajakan untuk manusia agar berbuat baik, produktif, dan bermanfaat untuk sekitar.
Menurutnya, filosofi itu tidak jauh dari nama album mereka yang memiliki arti positif bagi kehidupan.
"Nandur Kamulyan adalah sebuah tajuk sebagai suatu ajakan untuk kami selaku manusia hendaknya senantiasa melakukan hal-hal baik, produktif serta bermanfaat untuk sekitar," kata Rendy kepada GenPI.co Jatim, Kamis (31/3).
"Menjaga tatanan kearifan lokal sebagai pemangku dalam berinteraksi di tanah nusantara pada khususnya," lanjutnya.
Dengan semangat membangun ekosistem kreatif berbasis musik melalui eksplorasi bunyi serta pendekatan seni dan tradisi kebudayaan multikultural, musisi yang digawangi oleh lima personil ini ingin terlibat aktif untuk menyuarakan nilai-nilai kebaikan, budi pekerti, toleransi, hidup rukun, kesadaran nasionalisme, dan kesetiakawanan sosial melalui lirik-lirik lagu yang telah diciptakan.
Melalui lirik-lirik lagu yang telah diciptakan dengan mengadopsi komposisi instrument musik dari berbagai daerah di Indonesia dan berkolaborasi bersama seniman-seniman lintas daerah bahkan mancanegara.
Saat penggarapan album tersebut, telah diawali dengan kesepakatan terkait tema nada dan cerita untuk kemudian direspons oleh masing-masing pemain instrumen dan vokalis.
Album ini ingin menunjukan bahwa berbagai jenis komposisi musik (multikultural) dapat menjadi harmoni yang indah ketika dapat dibunyikan dengan baik dan dapat menjadi sarana menyuarakan hal baik.
Saat peluncuran album, banyak mendapatkan respons positif dari Pemerhati Seni Ramdan Malik.
"Kami ingin menawarkan musik perjumpaan di tengah efek domino politik praktis yang mencabik-cabik keragaman kami dengan ajakan vibrasi positif dan produktif," lanjutnya.
"Sementara untuk album edan untuk bangsa, negeri, bumi, serta cinta, sebuah medium percakapan lintas budaya dengan menghomati tradisi masing-masing," imbuhnya.
Sementara itu, dalam lagu 'Mata Hati Mata Air', lead vocal Anggar berkolaborasi dengan Trie Utami menyanyikan sebuah lagu yang menembangkan ketamakan industri ekstraktif yang memperkosa ibu bumi, sebuah lirik yang diciptakan oleh Ganecha Yudhistira dan Fajaria Menur, pasangan suami istri pembakti kampung di Kalimantan Timur dengan alunan alat musik lalove yang dibawakan oleh Yayan Kololio.
"Di tengah lagu ini terdengar mantera Suku Kaili di Sulawesi Tengah yang ditembangkan oleh Ade Rotan," kata Anggar.
Sebagai informasi tambahan band ini beranggotakan Anggar Gusti sebagai Lead Vocal, Redy Eko Prastyo Dawai Cempluk dan Vocal, Wahyu Kurnia Guitar Acoustic, David Andrea Bass Electric, dan Oceb Rock Drum dan Percussion. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News