GenPI.co Jatim - Halo namaku Siti Fatimah Catharine Pattynama. Aku akan bercerita bagaimana perjalanan mualaf yang berliku.
Aku sejak kecil dibesarkan di lingkungan Nasrani. Sejak duduk di bangku SMP aku selalu berpikir mengenai agama yang aku anut.
Aku terus mencari jalan agama seorang diri dengan bertanya kepada sejumlah teman tentunya.
Selama perjalanan spiritual itu, aku seperti seorang musafir untuk mencari jawaban.
Tapi semakin lama aku mencari dalam perjalanan spiritual, pergolakan batin selalu saja timbul dan tenggelam.
Hingga suatu ketika, hati saya mengatakan jika tuhan itu satu dan menemukan jika Allah akan tetap menjadi tuhan sedangkan Nabi Muhammad SAW akan tetap menjadi nabi Allah yang dimuliakan.
Ketiadaan simbol-simbol itulah yang akhirnya menyadarkanku jika manusia memiliki kesetaraan yang sama.
Proses belajar mualaf terus aku lakukan dan perdalam hingga bertemu KH Asyhari.
Saat bertemu beliau, hati ini merasa damai. Kesempatan bertemu ini saya manfaatkan dengan maksimal, saya banyak bertanya mengenai agama.
Berbagai pertanyaan terus aku lontarkan bermacam-macam, namun beliau dengan tenang dan sabar menjawab pertanyaan ku satu per satu.
Ketika berdialog bersama KH Asyhari, aku mengutarakan pandangan mengenai sabda suci yang pertama kali adalah kitab suci Al-Quran.
Saat ini aku terus memperdalam agama, bahkan aku belajar di pondok pesantren milik KH Asyhari. M
Selama proses belajar mengenal Islam, aku tak menyangkan jika kedamaian terus terasa di dalam hati.
Hingga saat ini saat aku memeluk Islam masih banyak permasalahan yang dihadapi. Namun, rasa damai dan tenang ketika memiliki Allah selalu bisa dirasakan.
Hingga saat ini aku terus belajar bagaimana cara menjadi muslim sejati karena perubahan drastis di dalam kehidupan ku. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News