Keluh Kesah Perajin Reog Dihantam Pandemi Covid-19, Terjun Bebas

12 April 2022 00:00

GenPI.co Jatim - Pandemi covid-19 merampas segalanya, termasuk pemasukan dari perajin reog. Mereka biasanya mengandalkan Grebeg Suro dan peringatan hari jadi Ponorogo.

Namun dua agenda besar itu tidak dilaksanakan karena pandemi covid-19 dan berimbas kepada para perajin.

"Adanya pertunjukan reog, Grebeg Suro, hari jadi Ponorogo dan mudik Lebaran menjadi masa panen bagi kami," curhat Widi Wardoyo perajin reog dikutip dari situs resmi Kabupaten Ponorogo, Senin (11/4).

BACA JUGA:  Tim Ahli Cagar Budaya Surabaya Terbentuk, Siap Jalankan Program

Lanjutnya, selama pandemi covid-19, Widi mengaku tidak ada penghasilan sama sekali yang masuk. Omzetnya terjun bebas.

Selama dua tahun, dia mengaku tidak ada pesanan kepala barong berikut dadak merak yang datang. Disamping itu pemudik jarang membeli pernak-pernik reog untuk cindera mata kembali ke tempat rantau," jelasnya.

BACA JUGA:  Tok! Sopir Vanessa Angel Divonis 5 Tahun, SIM Dicabut

Belum habis keluh kesahnya lantaran pandemi covid-19 yang mempengaruhi usahanya, kini dia sebagai perajin reog merasa geram, melihat Malaysia yang hendak mengklaim barongan yang mirip reog didaftarkan ke UNESCO.

Dia mengakui, banyak pekerja migran Indonesia (PMI) asal Ponorogo yang mengadu peruntungan di Negeri Jiran.

BACA JUGA:  MPM Honda Jatim Ajak Komunitas Daftar HCID

"Namun bukan berarti reog milik Malaysia dengan mengubah bentuknya di sana-sini," geramnya.

Lanjutnya, mendengar informasi Malaysia mendaftarkan barongan ke UNESCO, laki-laki yang mahir memainkan gamelan itu tak terima.

"Orang akan kebingungan menjawab kalau ditanya jamu itu asli dari mana," ungkap Widi. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Fitra Herdianariestianto

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM