Kisah Mualaf: Ayat Al-Quran Bawaku Ucap Syahadat dan Peluk Islam

20 April 2022 18:30

GenPI.co Jatim - Halo, perkenalkan namaku Tedjo Nugroho (50). Saya merupakan seorang mualaf, izinkan aku berbagi cerita kisah pertemuanku dengan agama Islam.

Pada 2019 aku mengucap kalimat syahadat yang membuatku seutuhnya memeluk Islam.

Perjalananku terbilang panjang hingga aku menjadi seorang hamba Allah. Awalnya saya menemukan sebuah titik di mana hal itu yang aku anggap "begitu-begitu saja".

BACA JUGA:  Jadwal Vaksin 1,2 dan 3 di Surabaya Beserta Linknya

Lantas, aku memutuskan untuk belajar sejumlah agama. Mulai dari meminjam buku kepada teman, hingga berkunjung ke toko buku mencari refrensi tentang ajaran agama.

Hal itu saya dapati usai mencoba membeli Al-Quran yang terdapat terjemahan di dalamnya saat mendatangi satu toko buku di kota metropolitan ini.

BACA JUGA:  15 Pasangan Nikah Masal Mualaf di Lumajang

Awalnya memang tidak begitu tertarik usai membaca ayat-ayat suci itu. Seiring berjalannya waktu, aku menemukan kemuliayaan ajar yang disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW itu.

Saya merasa Islam itu lengkap, segala kegiatan terdapat doa untuk melancarkan bermacam urusan. Kemudian rasa saling menghormati yang ditunjukkan Nabi Muhammad kepada para nabi dan rasul terdahulu membuat kagum.

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Menemukan Jalan yang Pasti Setelah Memeluk Islam

Setiap terjemahan yang aku baca kutandai dengan stabilo. Saya merasa semua yang terkandung di dalam al-quran sangat relevan dengan kehidupanku sebagai seorang manusia.

Bagiku Islam begitu rasional, mulai bangun tidur hingga tidur, keluar rumah hingga masuk rumah hingga sebelum dan sesudah makan semuanya ada doanya.

Keinginanku pun semakin tumbuh. Kawanku menyarankan membeli buku berisi panduan salat.

Aku belajar sendiri, sembari menanyakan pada beberapa orang temankan tentang ajaran Islam.

Perintah sholat aku jalankan, namun itu belum secara penuh. Ketika temanku menjalankan salat lima waktu aku ikut, pun demikian saat salat Jumat.

Saya memang tertarik, meski begitu cintaku pada Islam belum mekar sepenuhnya, dalam artian agama yang aku anut saat ini hanya sebatas agama saja. Ibaratnya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Allah punya cara lain menuntunku ke ajarannya. Berkaca dari pengalamanku sebagai pekerja di salah satu tempat hiburan malam, banyak hal-hal yang aku dapati. Salah satunya ketika sejumlah temanku meninggal karena penyakit hingga overdosis.

Hal tersebut akhirnya mengubah jalan hidup. Segala kegiatan pekerjaan di dunia malam aku tinggalkan.

Di Bulan Ramadan ini, aku berharap segala ibadahku bisa berjalan sempurna. Setelah bulan suci ini selesai, aku berharap diriku menjadi sosok yang lebih baik lagi. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif Reporter: Ananto pradana

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM