Konflik Klaim Reog, Sejarawan UM Harap Masyarakat Lebih Peduli

24 April 2022 06:30

GenPI.co Jatim - Konflik klaim Reog Ponorogo yang dilakukan oleh Malaysia menimbulkan pegiat seni meradang, seperti yang dilakukan oleh Pemuda Penggiat Seni Reog Ponorogo (PPSRP) Malang Raya.

Mereka menggelar orasi dukungan kesenian reog milik Indonesia dan segera mendaftarkannya ke UNESCO.

Menanggapi konflik budaya yang terjadi Sejarawan Universitas Negeri Malang Dwi Cahyono, mengatakan adanya kegiatan tersebut diharapkan masyarakat Kota Malang bisa lebih peduli dengan keberadaan budaya Nusantara, khususnya Reog Ponorogo. Budaya dari nenek moyang yang harus dijaga dan tetap dilestarikan.

BACA JUGA:  Ekskavasi Situs Pandegong Selesai, Temukan Data dan Fakta Baru

“Reog Ponorogo ini kan budaya dari Negara Indonesia yang di klaim di negara-negara luar terlebih Malaysia. Saya rasa masyarakat juga harus lebih peduli dengan Budaya Jawa terlebih Reog Ponorogo ini, agar tidak terjadi hal-hal semacam ini,” jelas Dwi Cahyono saat dijumpai GenPI.co Jatim di gedung Kesenian Malang, Sabtu (24/4).

Dijelaskannya, Reog Ponorogo memiliki ciri khas tersendiri, mulai dari komposisi reog, ada warok, Jathil, Bujang Ganong, Klono Sewandono, dan Singo Barong.

BACA JUGA:  15 Cabor Baru di Jatim Wajib Persiapan Serius Hadapi PON 2024

Pada ceritanya, Reog Ponorogo mempunyai tradisi yang panjang. Dimulai dari abad ke-11 atau sekitar tahun 1800 akhir hingga 1900 awal, di era Majapahit, kesenian Reog Ponoro hadir yang diketahui dari dokumen foto yang masih ada hingga saat ini.

“Untuk tepatnya, kami masih belum dapat data yang fix, tapi kalau di lihat dari foto dokumen itu jelas sudah hadir di antara tahun 1800 akhir, atau 1900 awal,” imbuhnya.

BACA JUGA:  Namanya Tercantum di Demokrat Jatim, Bupati Ony Beri Jawaban

Lanjutnya, apabila ditarik ke belakang maka kesenian Reog Ponorogo ini juga sangat berkembang di daerah luar Jawa Timur.

Kesenian itu bisa berkembang di daerah lain karena adanya kebiasaan masyarakat Ponorogo yang merantau dan membuat kampung di daerah tujuan. Sehingga, kesenian itu juga ikut terbawa oleh masyarakat di daerah lain dan mulai dikembangkan di daerah yang dituju.

"Masyarakat Indonesia dan Malaysia itu serumpun. Mengapa ada Reog Ponorogo disana? Karena imigran Ponorogo ke Malaysia dan mengembangkan budaya Reog disana. Di beberapa negara bagian Malaysia juga sudah ada kesenian serupa," jelasnya.

Sebagai informasi, kegiatan tersebut digelar dengan diikuti oleh puluhan komunitas Reog Ponorogo di Malang Raya. Mereka memainkan aksinya dengan sangat antusias, mulai dari pertunjukan reognya, hingga tarian-tariannya. Cahyo berharap, budaya Reog tersebut bisa terus dilestarikan di Indonesia.

“Bangsa Indonesia ini harus bangga dengan keberadaan Reog Ponorogo ini. Reog tumbuh dan berkembang tidak hanya di Nusantara saja, namun kepemilikan tetap di Negara ini,” pungkasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM