GenPI.co Jatim - Tangan terampil Abdul Karim warga Lamongan itu mengubah batang oto yang sering dianggap gulma, menjadi kerajinan berharga.
Warga Dusun Tanjung Wetan, Desa Munungrejo, Kecamatan Ngimbang itu menyulapnya menjadi songkok.
Abdul Karim menyebut usaha tersebut bermula saat usahanya banngkrut sekitar Tahun 2003 silam. Dia kemudian secara tidak sengaja menemukan rumput oto saat pergi ke hutan.
"Saya coba ambil batang itu, orang menyebutnya rumput oto, lalu saya tarik-tarik ternyata kuat sekali. Saat itu juga muncul ide, tanaman ini sangat bagus untuk dianyam menjadi barang berharga," ujarnya mengutip Ngopibareng.id.
Kebetulan di desa tempatnya tinggal banyak perajin yang membuat anyaman tikar dari daun pandan atau barang lainnya seperti bakul atau tempeh dari bambu.
Pria 41 tahun itu mengungkapkan, untuk memproses satu songkok membutuhkan waktu tiga hari. Terhitung mulai dari pengeringan hingga pembatan anyaman.
Lama memang, namun songkok yang dihadirkan memiliki kualitas kuat dan bagus.
"Karena kita memang menginginkan songkok yang kami produksi betul-betul bisa nyaman dan pantas dipakai, mulai rakyat biasa hingga pejabat," katanya.
Abdul Karim mengaku usahanya mengalami keterbatasan pengrajin. Ini yang justru menghambat proses produksi songkok. Selain itu, songkok rumput oto juga terkendala pemasaran dan pendanaan.
Sebenarnya pemasaran songkok ini sudah sampai sejumlah daerah di Jawa Timur. Hanya saja karena pandemi Covid-19 membuat semua sektor lesu, termasuk dirinya.
Dia berharap pemerintah ikut membantu memasarkannya. Dirinya punya usul songkok rumput oto ini bisa dipasarkan lewat jamaah haji.
"Jumlah jemaah haji Lamongan yang berjumlah ratusan, alangkah indahnya jika diwajibkan memakai songkok khas buatan lokal ini," promosinya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News