Kisah Sukses Pengusaha Maggot asal Malang, dapat Cuan dari Sampah

09 Mei 2022 15:30

GenPI.co Jatim - Persoalan sampah tersebut berimbas pada lingkungan yang tercemar dan menjadi kumuh, terutama di kota-kota besar, salah satunya di Kota Malang.

Nah, berbekal dari fenomena tersebut, seorang pengusaha asal Cemorokandang, Kecamatan Kedungkandang, Yusuf Karyawan mempunyai solusi untuk mengurangi sampah di lingkungannya.

Salah satu caranya dengan budi daya maggot, tujuannya mereduksi sampah organik untuk bisa dimanfaatkan lagi.

BACA JUGA:  Pasutri Blitar ini Banting Setir Jual Sayuran, Omset Ratusan Juta

Mulailah Yusuf mengembangkan maggot BSF dari unit bank sampah yang dikelola sejak 2013 bersama istri.

“Maggot BSF ini salah satu cara untuk menghabiskan sampah organik, menyelesaikan permasalahan persampahan khususnya sampah organik di hulunya, yaitu salah satunya rumah tangga,” ujar Yusuf pada GenPI.co Jatim, Senin (9/5).

BACA JUGA:  Duh, 20 Ton Sampah Menumpuk di Kota Malang Pascalibur Lebaran

Dia menjelaskan, cara budi daya maggot BSF tidak terlalu rumit, yakni cukup mengumpulkan sampah organik dari rumah tangga, kemudian menggilingnya dengan crusher untuk dapat dimakan oleh bayi-bayi maggot.

Sampah-sampah organik yang dikumpulkan Yusuf tersebut merupakan makanan para maggot.

BACA JUGA:  Rumah Ditinggal Silaturahmi Sebentar, Harta Benda Raib

“Sampah organik rumah tangga kita giling kemudian diberikan untuk makanan maggot. 1 kg maggot dapat menghabiskan hingga 5-10 kg sampah organik yang sudah digiling, namun apabila sampah tidak digiling, maggot hanya dapat menghabiskan 1-2 kg saja dalam 1x24 jam,” imbuhnya.

Menurutnya, sampah yang berasal dari bahan-bahan makanan tidak dapat dianggap sepele, apabila tak dilakukan sebuah tindakan maka akan menumpuk dan membuat lingkungan menjadi tidak sehat.

“Sampah organik harus diselesaikan seperti yang terjadi di TPA Leuwigajah yang ada di Bandung itu overload. Sampah di sana sempat meledak sehingga 2 desa hilang, dan 157 nyawa meninggal karena sampah organik yang menumpuk menimbulkan gas metan,” ungkapnya.

Kekhawatiran itulah yang menyebabkan dirinya memiliki inovasi untuk membudidayakan maggot sebagai pengurai sampah organik. Sehingga dia berharap kondisi tersebut tidak terjadi Kota Malang khususnya TPA Supit Urang mengalami hal yang serupa.

Budi daya maggot menurutnya juga hal yang tidak merugikan terlebih maggot tidak mengundang maupun mengandung faktor yang menimbulkan penyakit.

“Benefitnya juga telur dan Maggot BSF punya nilau jual, selain itu juga pupanya menjadi salah satu bahan industrial untuk cat atau cangkang kapsul yang bisa dikonsumsi untuk minum obat,” tandasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM