Curhat Jenderal Polri Dipukul Penggaris Saat Sekolah di Malang

19 Mei 2022 05:00

GenPI.co Jatim - Brigjen Polisi Krishna Murti, sebagian masyarakat Indonesia mungkin tak asing. Ternyata dia pernah menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Kota Malang

Brigjen Krishna Murti pernah menangani sejumlah kasus besar, salah satunya bom Sarinah pada 2016 dan kopi bersianida di 2017.

Tahun 1982 Krishna pindah dari Jakarta ke Kota Malang dan masuk di SMP Negeri 1. Ada kisah menarik saat dia pertama pindah bersekolah di Malang.

BACA JUGA:  BMKG Keluarkan Alarm, Warga Surabaya dan Malang Harap Hati-Hati

"Yang paling saya ingat dari zaman sekolah di sini adalah pelajaran Bahasa Jawa," tulis Krishna di akun Instagram miliknya @krishnamurti_bd91 yang diunggah 16 Mei 2022.

Dia menceritakan saat itu sang guru yang bernama Bu Tarto membacakan cerita Bahasa Jawa. Krishna yang tidak mengerti cerita guru tersebut bertanya ke teman di belakang kursi.

BACA JUGA:  Catatan BEM Malang Raya, Pemkot Punya Masalah Pelik

"Itu bu guru omong apa? Plak tiba-tiba penggaris kayu panjang nimpa kepala saya," ungkapnya.

Mantan Dirreskrimum Polda Metro Jaya itu dianggap mengobrol saat pelajaran. “Kowe, ojo ngomong dewe..!!! (kamu jangan berbicara sendiri, red)” kata Krishan menirukan ucapan guru tersebut.

BACA JUGA:  Inflasi di Kota Malang Tinggi, Kondisi Perbankan Tak Goyah

Pria yang juga pernah menjabat sebagai Kanit Serse Polwiltabes Surabaya itu lantas diminta untuk menjawab pertanyaan dari guru tersebut. "Saiki kon jawab iki aku takon. Pandawa cacahe pira..?? (Sekarang kamu jawab pertanyaanku. Pandawa jumahnya berapa,red)" tuturnya.

Krishna yang tak mengerti Bahasa Jawa hanya bisa menerka-nerka. "Sambil tolah toleh bingung, teman saya dibelakang towal towel punggung saya. Trus dia bilang satus satus satus (seratus, red)," ungkapnya.

Karena menganggap temannya tersebut sebagai orang baik, lantas dia menjawab dengan tegas satus atau seratus.

"Dan kembali lagi saya dipukul pakai penggaris karena dianggap bercanda," kata dia.

Perwira kelahiran Ambon 15 Januari 1970 itu pun lantas mendapat hukuman berdiri di pojokan kelas. "Dalam hati saya berkata; apa guru ini gak tau kalau saya gak ngerti blas Bahasa Jawa..??" katanya.

"Pelajaran terbesar hari itu adalah: jangan pernah percaya teman SMP mu. Siapapun dia #kmupdates," tulis Krishna Lagi. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Baehaqi Almutoif

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM