PPI Unesa Luncurkan Buku Tangkal Radikalisme, Napiter Bersaksi

01 Juni 2022 06:30

GenPI.co Jatim - Pusat Pembinaan Ideologi (PPI) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) meluncurkan buku berjudul Menjerat Teror(isme): Eks-napiter Bicara, Keluarga Bersaksi.

Peluncuran buku tersebut berlangsung di Gedung Rektorat, Kampus Lidah Wetan, sekaligus menyambut Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2022.

Buku yang disusun oleh tiga penulis, yakni Mukhzamilah, Much. Khoiri, Ahmad Bashri dan Mohammad Syahidul Haq memuat pengakuan dari 15 eks narapidana teroris (napiter) mengenai keterlibatannya dengan paham radikal, awal perkenalan, doktrinasi, keyakinan, cara perekrutan, pendanaan, persenjataan, serangan hingga titik balik mereka kembali ke pangkuan NKRI.

BACA JUGA:  Kronologi Tergulingnya Bus Sugeng Rahayu di Madiun

Ahmad Bashri salah seorang tim penulis dari PPI mengatakan, terbitnya buka tersebut untuk membendung aliran paham radikalisme, sekaligus memberikan edukasi terkait dampak yang ditimbulkan.

Tak hanya itu saja, buku tersebut juga turut mencantumkan kesaksian para keluarga eks narapidana tindak pidana terorisme (napiter), atas keterlibatan anak atau saudara mereka dalam sengkarut radikalisme.

BACA JUGA:  Kabar Penendang Sesajen di Gunung Semeru, Divonis 10 Bulan

"Kami persembahkan karya ini sebagai langkah pencegahan dan mengedukasi masyarakat akan bahaya radikalisme-terorisme," kata Bashri, Selasa (31/5).

Peluncuran buku itu juga dihadiri langsung oleh eks napiter Joko Trihermanto atau Jack Harun.

BACA JUGA:  KONI Pusat Puji Setinggi Langit Atlet Jatim di SEA Games Vietnam

Mantan anak buah Noordin M Top dan Dr Azhari itu mengungkapkan, setiap orang bisa terpapar paham radikal.

Paham tersebut bisa ditularkan melalui orang-orang terdekat, seperti teman, tetangga, suami atau istri, saudara, maupun orang tua.

"Jadi orang-orang yang pada dasarnya ingin memperbaiki diri, tetapi ada di kelompok yang salah, jadinya cepat pengaruhnya. Awalnya belajar salat atau seputar fikih, tetapi lama kelamaan akan masuk ke kajian-kajian ekstrem. Memang begitu alurnya yang harus diwaspadai kami semua," terang Jack.

Penyebaran paham radikalisme cenderung senyap. Begitupun juga dengan terorisme yang begerak secara underground.

"Doktrinasinya perlahan tetapi pasti. Kalau sudah di level keras, baru diajak untuk latihan tempur, merakit bom dari ringan sampai sederhana seperti di Poso," jelasnya.

Jack menyebut, peran pemerintah tak hanya seputar menangkal aksi-aksi yang dilakukan oleh para terorisme. Namun, nasib para eks napiter juga harus dipandang.

Apalagi, usai bebas dari jeruji besi, para eks napiter cenderung mendapatkan penolakan dari masyarakat. Padahal, mereka sudah bertobat dan mengucap ikrar kembali ke NKRI. Hal itu juga pernah dirasakan olehnya.

Di sisi lain, hidup eks napiter juga masuh terbilang tak tenang. Sebab, terkadang mereka juga masih diburu atau mendapatkan ancaman dari para anggota yang masih aktif sebagai teroris.

"Ini yang harus jadi perhatian, memastikan keselamatan mereka yang sudah sadar dan tobat sembari memberikan pendampingan lewat yayasan dan sebagainya," ujarnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co JATIM