GenPI.co Jatim - Harga sapi di Surabaya diprediksi meroket hingga 50 persen saat mendekati Hari Raya Idul Adha.
Hal tersebut tak lepas dari dampak wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Apalagi pemerintah juga melakukan pengetatan pada alur distribusi hewan ternak.
Di samping itu, Surabaya juga bukan merupakan daerah penghasil hewan ternak.
Adanya pengetatan pada jalur distribusi ternak, membuat setiap hewan yang akan masuk ke Surabaya bakal terlebih dahulu menjalani skrining berkas atau dokumen kesehatan dan asal-usul binatang.
Meskipun lebih ketat, mengawasi asal-usul binatang yang masuk ke Surabaya para peternak sapi asal Kecamatan Pakal tetap khawatir terhadap wabah PMK.
"Harga ternak di Surabaya mungkin meningkat. Peningkatan bisa sampai 50 persen," kata salah seorang peternak sapi di Kota Surabaya Suyatno kepada GenPI.co Jatim, Selasa (7/6).
Ditanya soal harga sapi di peternakannya, kini masih berkisar di angka Rp25-30 juta.
Sementara itu, untuk lokasi lapak hewan kurban akan difasilitasi oleh forum komunikasi tingkat kecamatan (Forkompimcam).
Walhasil, para pedagang tak bisa membuka lapak hewan kurban sembarangan.
"Bilamana di daerah kecamatan tertentu tidak ada lahan, tidak diperkenankan. Jadi, harus berdasarkan asesmen dulu, memenuhi sarat (atau) tidak," terangnya.
"Itupun waktunya (penentuan pembukaan lapak) mepet sekali, mungkin sampai 10 hari sebelum hari H, baru bisa diperbolehkan," lanjutnya.
Suyatno menambahkan, sesuai Hari Raya Idul Kurban dia berencana untuk sementara waktu menghentikan aktifitas kulakan hewan ternak terlebih dahulu.
"Secara otomatis nahan, gak berani (kulakan sapi)," ungkapnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News